SuaraJawaTengah.id - Kepala Sukisno tertunduk lesu, dua bola matanya berkaca-kaca saat mengingat masa lalunya di dunia hitam. Sebelum bertaubat, Sukisno muda cukup terkenal sebagai pengguna sekaligus pengedar narkoba di wilayah Semarang Utara, Kota Semarang.
Sehari-sehari Sukisno nggak bisa jauh dari obat-obatan terlarang seperti sabu-sabu. Dia juga berperan penting dalam menjaga kerahasiaan transaksi obat-obatan terlarang tersebut.
"Sejak remaja saya sudah bergaul dengan bos-bos bandar di Pelabuhan Tanjung Mas," buka Sukisno, pada SuaraJawaTengah.id Senin (12/6/2023).
Berada di lingkaran setan, ternyata nggak selamanya membuat hidup Sukisno merasa nyaman. Di suatu malam, batin Sukisno berontak. Ia seolah ingin berhenti dan jauh-jauh dari obat-obatan terlarang tersebut.
Baca Juga:Swiss-Belboutique Yogyakarta Serahkan Donasi Hasil Penjualan Paket Buka Puasa 2023
Tahun terus berganti, Keresahan Sukisno semakin memuncak ketika ia mendekam di Lapas Kedungpane berbarengan dengan kelahiran buah hati keduanya.
Sukisno waktu itu hanya dikurung selama enam bulan. Ia ditangkap setelah ketahuan jadi pengguna dan pengedar narkoba. Selapas menghirup udara segar, Sukisno langsung teringat akan sosok kakaknya yang waktu itu sudah mondok di Pesantren Tombo Ati Semarang.
"Tanpa pikir panjang setelah menghubungi kakak, saya pun gabung jadi santri di sana. Setiap hari saya merenung dan puasa. Saya ingin menembus dosa-dosa yang telah saya lakukan," tutur Sukisno.
"Alhamdulillah saat nyantri dari 2006 sampai sekarang. Batin saya merasa tentram berkat bimbingan dari Gus Tanto. Kalau sekarang punya usaha travel," lanjut lelaki kelahiran tahun 1965 tersebut.
Penuh Penyesalan
Baca Juga:Ponpes Al Zaytun Bolehkan Santrinya Berzinah, Bayar Rp 2 Juta Dosa Hilang
Kondisi serupa juga dialami Ayong, sebelum bertaubat tahun 1980an. Ayong muda sudah kecanduan judi. Untuk mendapatkan uang, Ayong tak segan menodong maupun merampas barang milik orang lain di jalanan.