"Saya ngantar PMT tiga kali dalam sejari. Tidak peduli hujan deras, air rob tinggi tetap saya terjang. Karena itu telah jadi kewajiban yang harus saya lakukan," terang Suntiah.
"Motor dua kali rusak, bayaran sebagai kader posyandu memang tidak sebanding dengan biaya perbaikan motor yang saya keluarkan maupun dengan perjuangan saya," tambahnya.
Kendati begitu, Suntiah tidak terlalu mempersoalkan hal itu. Dirinya sudah ikhlas mengabdi untuk menekan angka stunting di Kelurahan Tanjungmas.
Meski berhasil menurunkan angka stunting, Suntiah justru pesimis perkampungannya maupun daerah-daerah di tanah air sangat sulit terbebas dari stunting.
Baca Juga:Menu Makanan Sederhana Cegah Stunting Pada Anak
"Saya kaget ketika melihat seorang ibu seusia saya masih punya balita. Terlalu muda, sering melahirkan, dan usia ibu terlalu tua ketika mengandung juga kan berpotensi anaknya stunting," beber Suntiah.
Menurut Suntiah, stunting bukanlah suatu penyakit yang apabila diberi obat langsung sembuh. Persoalan stunting menurutnya perlu digalahkan secara serius kepada kalangan remaja-remaja yang belum menikah.
"Harus ada sikap gotong royong semua pihak. Edukasi stunting harus gencar menyasar ke remaja-remaja yang belum menikah. Orang tua harus beranggapan kalau anak itu aset. Dengan begitu mereka akan memberikan pola asuh yang terbaik," pungkas Suntiah.
Kontributor: Ikhsan
Baca Juga:Anggarannya Habis Buat Rapat dan Kegiatan Tak Jelas, Ini 5 Fakta Stunting di Indonesia