Menengok Sejarah Bangunan Tuk Moedal, 112 Tahun Jadi Sumber Mata Air Warga Semarang

Tuk Moedal adalah bangunan kuno berusia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh di Kota Semarang, ini sejarahnya

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 06 Juli 2023 | 09:30 WIB
Menengok Sejarah Bangunan Tuk Moedal, 112 Tahun Jadi Sumber Mata Air Warga Semarang
Penampakkan bangunan Brongebow Moedal yang telah berusia 112 tahun. Rabu, (5/7/2023) [Suara.com/Ikhsan)

SuaraJawaTengah.id - Di ujung selatan Kota Semarang tepatnya di jalan Moedal, Kelurahan Sumurejo, Kecamatan Gunungpati berdiri bangunan kuno berusia ratusan tahun yang masih berdiri kokoh.

Bangunan berbentuk segi empat merupakan sumber mata air pipa pertama di Kota Lunpia. Kendati sumber mata air itu bertuliskan "Brongebouw Moedal". Tetapi warga sekitar sering menyebut Tuk Moedal.

Diatas tulisan "Brongebouw Moedal" tertera pula tahun berdiri 1911. Artinya bangunan yang didominasi cat warna putih dan hitam tersebut kini telah berusia 112 tahun.

Lokasi bangunan Tuk Moedal dikelilingi perbukitan. Tepat disisi utaranya terdapat sungai kecil. Jika kita mendekat ke bangunan itu, gumuruh suara air pun sangat terdengar keras.

Baca Juga:Langsung Tunjukan di Laga Perdana PSIS Semarang, Carlos Fortes Tak Ingin Jadi Pesakitan Lagi

"Dulu tanah Tuk Moedal milik Abdul Manan sesepuh warga sini," ucap seorang warga bernama Rozak, saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Rabu (4/7/2023).

Berdasarkan cerita dari buyut-buyutnya, tanah milik Abdul Manan sempat jadi rebutan banyak pihak. Ketika Abdul Manan pergi haji, ada pihak yang berani mengurus penjualan tanah Abdul Manan pada orang lain.

"Kalau orang pergi haji dulu kan lama ya, pak Abdul Manan nggak marah ketika tau tanahnya telah dijual carik setempat. Tapi beliau berpesan agar air Tuk Moedal harus dialirkan ke sawah dan masjid setempat," jelas Rozak.

Singkat cerita, tanah Tuk Moedal pun direbut paksa dan dikuasai oleh Belanda. Lanjutnya, Belanda langsung mendirikan bangunan dan memasang pipa-pipa besar untuk mengalirkan air ke Semarang bawah.

"Sumber air Tuk Moedal ini sejak dulu jadi pemasok kebutuhan air di wilayah-wilayah Semarang bawah sampai rumah sakit Kariadi," ucap Rozak.

Baca Juga:BRI Liga 1: PSIS Semarang Rajai Klasemen Sementara, Tinggalkan Persib dan Persija Jakarta, Persebaya Aman

Pasca Indonesia merdeka, menurut Rozak, Tuk Moedal kemudian diambil alih oleh Pemerintah Kota Semarang tahun 1950. Lalu sampai detik ini Tuk Moedal dikelola oleh PDAM Tirta Moedal.

"Bisa dibilang selama belasan tahun Tuk Moedal jadi sumber mata air yang menghidupi warga Semarang," celetuknya.

Setiap tanggal satu suro di dekat Tuk Moedal warga beserta pegawai PDAM sering mengadakan acara selamatan. Hal itu sebagai bentuk syukur mereka, karena wilayah Sumurejo diberi air yang melimpah.

"Tapi dua tahun terakhir ini acara selamatan udah nggak ada. Pegawai PDAM yang lama banyak dipindahkan ke daerah lain," ungkapnya.

Saksi Pertempuran Lima Hari Semarang

Menurut Rozak, air yang mengalir di Tuk Moedal sempat diisukan diracun Tentara Jepang dan jadi pemicu meletupya peristiwa lima hari di Semarang.

"Dulu kabarnya warga Semarang mau dibunuh lewat racun yang dialirkan lewat sumber air Tuk Moedal," tukasnya.

Sedangkan menurut pemerhati sejarah, Johanes Cristiono, mengatakan kalau Tuk Moedal tidak pernah disinggung dalam buku-buku sejarah pertempuran lima hari di Semarang.

"Yang sering disinggung itu tandon di Siranda. Waktu itu hanya tersiar kabar tandon Siranda dirancuni. Sebenarnya isu itu tidak ada. Kalau pun ada, warga setempat sudah ada korban meninggal. Itu hanya kabar burung," kata Johanes ketika dihubungi lewat saluran telpon, Rabu (5/7).

Johanes mengatakan pemicu pertempuran lima hari di Semarang lantaran Dokter Kariadi dibunuh tentara Jepang saat hendak mengecek air di tandong Siranda apakah ada racun atau tidak.

Kebetulan saat itu Dokter Kariadi bertugas dan bertanggungjawab sebagai Kepala Laboratorium Malaria di RS Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara) Semarang.

"Tapi bisa jadi aliran air tandon Siranda itu dari Tuk Moedal. Mungkin sumber air Tuk Moedal masuk dulu ke Depot Jangli, lalu dialirkan ke Tandon Siranda. Sepengetahuan pembagian air yang saya tau begitu," jelas Johanes.

"Karena memang selama saya membaca buku-buku sejarah kaitannya dengan peristiwa pertempuran lima hari. Tuk Moedal nggak pernah disinggung sedikit pun," pungkasnya.

Kontributor: Ikhsan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini