Memilih Berjualan Jajanan Tradisional
Berbeda dengan Bibit yang masih menjaga warisan keluarga. Romanah sudah tidak lagi berurusan dengan profesi tukang jagal maupun menjual olahan daging kambing.
Kurang lebih 10 tahunan belakangan ini, Romanah serta menantunya memilih berdagang dengan menjual jajanan tradisional dan aneka bubur.
"Wajik, gemblong, coro, lapis, ketan sirkaya, potong roti, kentang tetel, agar-agar gitu," ucapnya.
Baca Juga:Sinergi Bersama Forkopimda, Mbak Ita Siap Amankan Arus Mudik di Kota Semarang
Sedari malam, Romanah sudah sibuk memproduksi aneka jajanan pasar tersebut. Ketika subuh, para bakul yang berjumlah 6 orang tinggal mengambil lalu diedarkan ke pasar-pasar terdekat.
"Paling banyak itu bikin 10 macam kue. Satu loyangnya bisa menghasilkan 45 potong kue. Kalau saya menjual ke bakul Rp2.500. Mereka (bakul) biasanya dijual lagi Rp3.000," imbuh Romanah.
Sedangkan menantu Romanah sendiri berjualan aneka bubur seperti bubur ketan hitam, bubur telo, bubur mutiara, bubur sumsum, bubur sago ambon dan lainnya mangkal di depan Apotek K-24 MT Haryono.
"Awalnya soal (resep) ya eksperimen dulu. Udah jualan sejak anak saya masih kecil sekarang usia 8 tahun," tandasnya.
Kontributor : Ikhsan
Baca Juga:Jadi Wanita Pertama yang Menjabat Wali Kota Semarang, Ini Profil Hevearita Gunaryanti