Wow! Pernah Jadi Kontroversi, Program Memasak Nasi Goreng Mbak Ita Kini Malah Dipuji ICA Jateng

ICA Jateng memuji program memasak nasi goreng yang pernah digagas Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 24 November 2023 | 19:08 WIB
Wow! Pernah Jadi Kontroversi, Program Memasak Nasi Goreng Mbak Ita Kini Malah Dipuji ICA Jateng
Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Jawa Tengah, Hendro Purwanto. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Indonesian Chef Association (ICA) memuji program memasak nasi goreng yang pernah digagas Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.

Gagasan perempuan yang akrab disapa Mbak Ita tersebut, dianggap sejalan dengan cita-cita Asosiasi Chef Indonesia dalam mengkampanyekan makanan khas Indonesia.

Ketua Indonesian Chef Association (ICA) Jawa Tengah, Hendro Purwanto mengatakan, nasi goreng selain menjadi makanan favorit dalam negeri juga telah dikenal oleh dunia.

"Apa yang digagas Bu Ita itu bagus. Nasi goreng sudah diakui dunia, kami mendukung dan sangat mendorong karena Mbak Ita turut andil dalam melestarikan makanan lokal," kata Chef Hendro di sela Food, Beverage and Chef Festival di PRPP Convention Center Kota Semarang, Jumat (24/11/2023).

Baca Juga:Tekan Perilaku Pejabat Korup, Mbak Ita Luncurkan Aplikasi Lopissemar, Masyarakat Bisa Laporan Langsung

Selain dianggap melestarikan makanan lokal, pihaknya menyebut yang dilakukan Mbak Ita tersebut juga merupakan upaya dalam penurunan angka stunting.

Menurutnya, ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat. Terlebih, Mbak Ita memiliki ide yang menarik dalam menerjemahkan program prioritas nasional tersebut.

"Memang menjadi makanan favorit, pilihan yang tepat. Itu bisa menurunkan stunting jika nasi goreng dipadukan dengan sayur dan komposisi lainnya. Dari nilai gizi pun terdapat macam-macam bahannya, contohnya ada seafood atau daging," ujarnya.

Meskipun nasi goreng telah diakui dunia bersama rendang dan sate, dia mengatakan, tak ada yang salah dengan mempromosikan ke lingkup yang lebih kecil seperti di Kota Semarang. Itulah, kata dia, yang disebut dengan pelestarian kearifan lokal.

"Kebetulan di negara-negara barat, makanan pokoknya bukan dari beras atau nasi. Namun dengan adanya makanan khas Indonesia yang mulai dikenal dunia, mungkin nantinya hotel Indonesia dan luar negeri ikut mempopulerkan nasi goreng," katanya.

Baca Juga:Peringati Hari Sumpah Pemuda, Wali Kota Semarang Ingatkan Peran Penting Gotong Royong

"Ini mulai terangkat dengan adanya program Bu Ita soal nasi goreng tersebut, karena di Indonesia yang baru diakui selain nasi goreng juga ada rendang dan sate. Ini adalah tugas kita bersama untuk mempromosikan," ujar Chef Hendro, lagi.

Pihaknya berharap, Kota Semarang di bawah kepemimpinan Mbak Ita dapat konsisten memperkenalkan makanan khas Indonesia kepada generasi penerus. Menurutnya, generasi sekarang lebih membanggakan makanan dari luar negeri ketimbang Indonesia.

"Mungkin selain nasi goreng yang bisa diangkat adalah mangut, karena kemarin dibawa lomba tingkat internasional mandapat peringkat tiga," katanya.

Food, Beverage and Chef Festival adalah event tahunan yang di dalamnya menyelenggarakan pameran makanan dan minuman terlengkap. Kegiatan ini digelar di PRPP Kota Semarang pada 24-26 November 2023.

Pameran ini dilakukan untuk mendukung kemajuan industri makanan dan minuman di Kota Semarang, Jawa Tengah, dan Indonesia secara umum. Termasuk menjadi ajang pertemuan antara pelaku usaha dengan pengusaha yang bergerak pada bidang makanan dan minuman.

Seperti diketahui, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang disapa Mbak Ita beberapa waktu lalu menggagas program masak-masak dan lomba nasi goreng.

Banyak filosofi di dalam gagasan tersebut yaitu, pemanfaatan pertanian perkotaan, mengapresiasi nasi goreng yang terkenal hingga ke luar negeri, hingga menggerakkan ibu-ibu untuk kembali memasak di dapur seiring mudahnya memesan makanan lewat aplikasi daring.

Termasuk lewat lomba nasi goreng, selain menjadi upaya mengentaskan angka stunting juga bisa meningkatkan kerukunan dan kekompakan antarwarga. Namun program itu sempat mendapat menuai kontroversi dari nitizen di media sosial, khususnya di Kota Semarang. Karena program tersebut dinilai kurang populis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini