2. RA Kartini
Namanya sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Wanita yang lahir di Jepara pada 21 April 1879 ini merupakan putri dari Bupati Jepara pada saat itu, yakni Raden Mas Adipati Arya Sosroningrat. Sementara itu, ibunya adalah M.A Ngasirah yang merupakan putri dari tokoh agama yang disegani,, yakni Kyai Haji Madirono.
Meski ia telah menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 1904, akan tetapi perjuangannya terus dilanjutkan. Berkat perjuangannya itulah pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang dan kemudian meluas ke berbagai daerah.
Sepeninggal Kartini, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, J.H. Abendanon kemudian mengumpulkan surat-surat Kartini dan mencetaknya menjadi sebuah buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht yakni ‘Dari Kegelapan Menuju Cahaya’ pada tahun 1911.
Baca Juga:Kisah Masa Kecil Ki Hajar Dewantara, Ini Semangatnya yang Harus Ditiru!
Pada tahun 1922, Balai Pustaka kemudian menerbitkan buku tersebut dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran.
Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada 3 Januari 1872. Ia juga merupakan tokoh emansipasi perempuan, sehingga dimasukkan ke dalam deretan Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia merupakan istri dari pendiri organisasi Muhammadiyah, Ahmad Dahlan. Sepulangnya Ahmad Dahlan pada tahun 1923, Nyai Ahmad Dahlan melanjutkan perjuangan Muhammadiyah dan Aisyiyah. Pada tahun 1926, Siti Walidah Dahlan pun memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya.
Pada masa itu, ia merupakan wanita pertama yang memimpin konferensi semacam itu. Nyai Siti Walidah Dahlan menutup mata pada tanggal 31 Mei 1946 dan dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta. Nah, itulah 3 pahlawan perempuan yang berasal dari Jawa Tengah.
Baca Juga:Perjuangan Raden Adjeng Kartini, Sosok Pahlawan Emansipasi Wanita Indonesia
Kontributor : Dinnatul Lailiyah