SuaraJawaTengah.id - Mahfud MD membuka kampanyenya di awal tahun 2024 dengan berziarah ke makam Mohammad Hatta di Tanah Kusir, Jakarta.
Kedatangan Mahfud MD ke makam Mohammad Hatta itu ditemani oleh seluruh anak dari Wakil Presiden Pertama RI tersebut.
Sebelumnya, Mahfud MD juga kerap melakukan ziarah kubur baik ke makam ayahanda hingga ke sejumlah kiai saat kunjungan kampanye.
Lalu bagaimana penjelasan logikanya terkait kebiasaan ziarah kubur tersebut di dalam Islam.
Baca Juga:Mahfud MD Ngeluh Kecapekan Perjalanan Darat, Ini 5 Tips Melakukan Perjalanan Jauh dengan Mobil
Dikutip dari nu.or.id, ziarah kubur yang selama ini diamalkan oleh umat Islam memiliki dua tujuan.
Menurut Imam Al Ghazali tujuan pertama yakni peziarah bisa memetik hikmah dari peristiwa kematian ahli kubur yang diziarahi.
Lalu kedua ahli kubur yang diziarahi dapat memetik manfaat doa dari para peziarah.
Sementara Sayyid Az-Zabidi dalam Syarah Ihya Ulumiddin menyebut logika di balik ziarah kubur yakni doa peziarah bagi ahli kubur merupakan doa mustajab yang pasti diijabah Allah.
Ia menganalogikan doa kepada ahli kubur dengan doa secara ghaib atau mendoakan orang lain yang tak hadir atau dari kejauhan.
Baca Juga:Disebut Reinkarnasi Bung Hatta, Ini Momen Mahfud MD Ziarah ke Makam Wakil Presiden Pertama RI
"Apakah peziarah mendoakan dirinya kemudian ahli kubur atau sebaliknya? Secara zahir, sebaliknya karena doa untuk ahli kubur tidak mustahil merupakan doa mustajab dengan qiyas/analogi pada kemustajaban doa untuk orang yang ghaib, lalu ia mendoakan dirinya sendiri. Doa dengan urutan seperti ini lebih layak diijabah dengan menimbang kemurahan Allah dan keluasan keutaman-Nya," (Sayyid Muhammad bin Muhammad Al-Husaini Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Mittaqin bi Syarhi Ihya Ulumiddin, [Beirut, Muassasatut Tarikh Al-Arabi: 1994 M/1414 H], juz X, halaman 373).
Sayyid Az-Zabidi pun menganjurkan agar peziarah mendoakan ahli kubur lebih dulu baru mendoakan dirinya sendiri.
Mengenai doa secara ghaib atau doa kepada orang lain dari jauh bisa ditemukan dalam hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Darda ra.
Sementara Imam Musli dalam Syarah Shahi Muslim juga menjelaskan logika serupa yang diriwayatkan Darda ra. Menurut hadits riwayat Abu Darda ra, ulama salaf menjadikan doa secara ghaib untuk orang lain sebagai pengantar sebelum doa kepada dirinya sendiri mengingat keutamaan ijabah doa secara ghaib.