"Tetapi hanya dalam sebulan kemudian, Prabowo-Gibran melejit, sedangkan Ganjar-Mahfud justru melorot," lanjut Vivin.
Kehadiran sosok cawapres membuat publik bisa mengerucutkan pilihan dan menilai secara pasangan calon secara lebih jelas.
"Hasilnya, Prabowo-Gibran berhasil menyerap dukungan terbesar, dan terus meningkat hingga menembus batas aman 50 persen," terang Vivin.
Digelarnya debat capres-cawapres oleh KPU makin menegaskan pilihan publik terhadap Prabowo-Gibran.
Baca Juga:Gerbong Artis Raffi Ahmad Ramai-ramai Dukung Prabowo-Gibran, Elektabilitas Bisa Tambah Melejit?
Sebaliknya dengan Ganjar-Mahfud, yang kemudian elektabilitasnya turun lagi seperti pada saat Ganjar belum dipasangkan.
Sementara itu dukungan terhadap Anies-Muhaimin cenderung landai, padahal pasangan tersebut yang paling awal dideklarasikan, jauh sebelum masa pendaftaran.
Turunnya performa Ganjar-Mahfud menciptakan dinamika pada kedua pasangan tersebut, serta para pemilih yang menentukan pilihan (swing voters).
Persaingan pun terjadi antara kedua pasangan untuk memperebutkan peringkat kedua.
"Kubu Anies-Muhaimin maupun Ganjar-Mahfud sudah mengubur harapan bisa menang pada pencoblosan 14 Februari 2024, dan mendorong wacana pemilu bisa berjalan dalam dua putaran," kata Vivin.
Baca Juga:Terus-terusan Diserang Tim Lawan, Gibran Imbau Warga Hindari Hoax dan Adu Domba: Kita Senyumin Aja!
Kedua kubu pun mulai memunculkan wacana kerja sama untuk menghadapi putaran kedua.