SuaraJawaTengah.id - Menjelang babak akhir kampanye Pemilu 2024, Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah turut mengomentari situasi politik Tanah Air kian memanas. Dalam podcast-nya bersama Deddy Corbuzier, Rabu (7/1/2024), Fahri membeberkan situasi sulit Ganjar Pranowo dan Presiden Jokowi.
Menurutnya, posisi sulit Ganjar Pranowo tersebut yang membuat elektabilitasnya disebut kian anjlok. Bahkan menurunnya elektabilitas Ganjar tersebut berimbas pada elektabilitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Selain itu, mantan Wakil Ketua DPR RI itu juga menilai bahwa posisi Koalisi pengusung Anies Baswedan dalam Pemilu kali ini justru membuat masyarakat bingung. Pasalnya, sejumlah partai yang ada di belakangnya justru masih menyatakan dukungan penuh terhadap Jokowi hingga akhir.
“Itu juga yang paling parah terjadi pada Pak Ganjar. Saya (Ganjar) dibesarkan oleh Pak Jokowi, saya sudah puji Pak Jokowi selama ini, sama Pak Mahfud juga, sekarang tiba-tiba saya harus nyerang Pak Jokowi, sampai debat terakhir pun mesti menyerang Jokowi,” ujar Fahri Hamzah.
Baca Juga:Komentari Presiden Boleh Kampanye, Guru Politik Jokowi: Dia Takut Anaknya Kalah!
Posisi inilah yang membuat Fahri Hamzah menilai bahwa PDIP dan Ganjar sedang berada di situasi yang berat dan sulit bergerak. Mengingat jasa Jokowi terhadap partai juga dinilai tidak kecil.
“Saya kira, PDIP dan Ganjar itu dalam skak ster dan paling berat, kesulitan bergerak. Mau oposisi pada Jokowi terlalu cinta selama ini, terlalu banyak memuji, dan juga terlalu banyak manfaatnya juga kan Pak Jokowi selama ini, PDIP menjadi partai terbesar dalam dua kali pemilu jasanya Pak Jokowi nggak kecil.” Ungkap Fahri Hamzah.
“Nah, kesulitan itulah yang menyebabkan Ganjar turunnya top paling banyak. Dan sekarang turunnya kena imbasnya ke PDIP, karena kesulitan posisi,” sambungnya.
Sementara itu, Fahri Hamzah menilai bahwa serangan politik yang menggaungkan persoalan dinasti politik keluarga Presiden Jokowi tidak cukup kuat. Fahri Hamzah pun mengaitkannya dengan fenomena gugatan Almas terhadap Gibran.
“Bagaimana ngomong dinasti hari gini? Sekarang putusan Mahkamah Konstitusi jelas semua natural. Sekarang si Almas itu, anak muda itu, dia gugat Gibran gara-gara tidak berterima kasih. Ya jelas, itu kan artinya natural,” tutur Fahri Hamzah.
Baca Juga:GMNI Ingatkan Hasto Tidak Berpolemik Soal Alutsista: Padahal Lulusan Universitas Pertahanan
“Bener juga si anak itu, mungkin dia mikir, sialah juga ya gua (Almas) gak nyangka orang ini tiba-tiba ngambil manfaat dari gugatan gua tapi gua gak dapat apa-apa. Loh, itu artinya natural, bukan sewa-sewaan, gitu loh,” lanjutnya.
Tak sampai di situ, fenomena mundurnya para menteri dan pejabat pemerintahan belakangan ini dinilai tidak terlalu serius dan penting. Sebab, hal itu tidak dilakukan sejak awal sebagai oposisi.
“Kenapa fenomena mundurnya menteri tidak dianggap serius oleh rakyat, ya karena mereka juga tidak serius kok,” ungkapnya.
Kontributor : Dinnatul Lailiyah