SuaraJawaTengah.id - Bawang hitam atau sering disebut black garlic rupanya makanan yang bermanfaat bagi kesehatan.
Pelaku UMKM asal Kota Semarang Titi Lestari pun akhirnya memiliki ide berjualan bawang hitam tersebut. Ide itu muncul saat wabah Covid-19 menyerangnya.
Kini Titi sudah memiliki brand atau merek sendiri, yang bernama Black Garlic Garlicia di Jalan Candi Sukuh No.38 RT.05 RW.04 Bambankerep Ngaliyan Semarang.
Kisah awal mula berjualan bawang hitam itu ia bagikan saat Suara.com berkunjung ke kediamannya pada Kamis (14/3/2023) lalu.
Baca Juga:Gara-gara Venue, PSIS Semarang vs Persis Solo Terancam Ditunda, Panpel Serahkan ke PT LIB
Ia mengungkapkan ide berjualan black garlic bermula saat Titi terpapar virus Corona.
"Awalnya itu saya kena covid 2022, kemudian konsumsi black garlic. Dan cepet gitu hasilnya. Kemudian saya coba-coba buat, iseng2 lah, dan belajar soal fermentasi. Saya buka sendiri," ujarnya kepada suara.com.
Tak hanya sekedar berjualan saja, wanita berusia 59 tahun itu juga mengurus izin usaha hingga mendapatkan sertifkat halal.
"Ini sih belum saya pasarkan secara beneran ya tapi saya sudah punya izin dan sertifikat halal. Saya ngurus izin 2022 setelah kena covid itu," ucapnya.
Namun demikian, dibalik produk bawang hitamnya, terdapat kisah perjuangan untuk bertahan hidup sebagai UMKM.
Baca Juga:Jelang Ramadan, Rumah BUMN BRI Semarang Gelar Pelatihan Bisnis Kuliner, Cocok Untuk Usaha Takjil
Ia mengaku gabung ke Rumah BUMN BRI Semarang hanya ingin berjualan batik. Namun berjalannya waktu, ia pun beralih ke dunia pariwisata.
"Gabung ke rumah BUMN BRI Semarang 2019 waktu itu masih belajar membatik, jualan batik, kemudian berkembang agen wisata. Saat Covid yaudah kita tutup, pindah jalur mencoba inovasi jualan Bawang Hitam," ujarnya.
Dari Rumah BUMN BRI itu ia mengaku dibantu untuk mendapatkan hak cipta merek, perizinan, sertifikat halal, hingga modal usaha.
Titi mengungkapkan, usahanya yang sekarang memang jarang dilakukan oleh UMKM di Kota Semarang. Namun baginya, mengolah bawang hitam adalah bukan hal yang sulit.
"Bahan bakunya ya dari bawang lanang. Prosesnya tidak memakan waktu dan tenaga. Pengolahannya saya rendam starter untuk melarutkan kimia pupuk ya, dijemur dan di open. Black Garlic ini masuknya ya makanan olahan," ujarnya.
Titi mengaku, berdagang bukanlah pekerjaan yang mudah baginya. Namun, semangat untuk bisa membrikan penghasilan keluarga menjadi alasannya.
"Ibu saya dulu itu pedagang, saya kerja di bank, krismon itu saya keluar. Kemdian ya buat kursus. Saya pengen punya usaha untuk menambah penghasilan keluarga," ucapnya.
"Yang penting saya ada kegiatan dan menghasilkan," imbuhnya.
Namun demikian, Titi menyebut diusianya yang tidak lagi muda cukup sulit untuk bersaing saat era serba digital saat ini.
"Ya mungkin dibilang saya dianggap terlambat membuat usaha. Tapi tidak menyerah, meski diusia sekarang," ucapnya.
Ia mengakui untuk pemasaran bawang hitam masih belar. Untung saja produknya itu bisa awet sampai dua tahun.
"Ini masih mengembangkan lagi produk2 fermentasi. Pengennya ya nanti titip di tempat oleh-oleh," ucap Titi.
Diketahui, Black garlic merupakan bawang putih yang difermentasi pada suhu tertentu dalam waktu yang cukup lama. Black garlic dapat digunakan untuk antidiabetes, antihipertensi, antioksidan dan antifungi.
Sementara itu Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.
Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.
Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).
"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.