Meski belum diproduksi dengan jumlah banyak, Jeni menyebut produk kripik tempe yang ia buat sempet laris dibeli. Tetapi kerena makanan itu mudah hancur, ia diminta menghentikan penjualannya.
"Akhirnya tidak lagi menggunakan alat manual dengan pisau, kita beli alat potong dari singapura, tapi belum ada setahun sudah rusak. Kemdian beli mesin lagi yang lebih kuat yang bisa untuk industri, saya beli dari 2011 sampai sekarang," ucapnya.

Pemasaran dan Gabung ke Rumah BUMN
Jeni pun menyebut, ia dan keluarganya terus menekuni usaha kripik tempe tersebut. Hingga makanan yang dibuatnya itu sempat keliling dunia menjadi oleh-oleh khas Semarang.
Baca Juga:Covid-19 Membawa Berkah, Kisah UMKM Binaan BRI yang Kini Berjualan Bawang Hitam
"Ini kita penjualan ke Jakarta dan bandung karena pesanan. Selain itu banyak juga temen-temen yang mau jalan ke UK dan US biasanya pesan untuk oleh-oleh," ucapnya.
Ia pun bersyukur bisa begebanung dengan Rumah BUMN BRI Semarang. Sebab, dari situ ia bisa lebih gencar mempromosikan produknya itu.
"Gabung ke rumah BUMN sejak ini berdiri tahun 2017. Awal bergabung, yang paling berkesan adalah diajak jalan-jalan ke JCC. Tahun 2021 Brilian Prenuer tidak lolos, 2022 ndaftar lagi akhirnya terpilih dan berangkat ikut pameran," ujarnya.
Selain itu Jeni juga terbantu dengan program modal usaha dari BRI. Bahkan, kini ia juga melayani pembayaran non tunai dengan memiliki Qris BRI.
"KUR saya pernah ambil untuk modal usaha dari BRI Pedurungan. Saya sampai sekarang punya tiga rekening BRI untuk KUR sendiri, untuk bantuan sendiri, dan untuk ikut di Rumah BUMN ini," ucapnya.
Baca Juga:Inovasi Tiada Henti, Kacamata Kayu Produk UMKM Binaan BRI Ini Sempat Diborong Presiden Jokowi
Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.