SuaraJawaTengah.id - Kasus dugaan perundungan di lingkungan pesantren kembali mencuat setelah seorang santri berinisial AKPW (13) asal Kota Solo, Jawa Tengah, tewas di salah satu pesantren di Kabupaten Sukoharjo pada Senin (16/9/2024). Korban diduga meninggal akibat kekerasan yang dilakukan oleh seniornya.
Ayah korban, Tri Wibowo, dalam wawancara sebelum pemakaman anaknya di Solo pada Selasa, mengungkapkan kesedihannya atas peristiwa tragis ini.
"Kami belum mendapatkan kepastian kronologi dari pihak kepolisian. Namun, informasi yang kami peroleh menyebutkan bahwa anak saya menjadi korban kekerasan seniornya di pesantren," katanya dikutip dari ANTARA.
Menurut Tri, dugaan kekerasan ini dipicu oleh hal yang sangat sepele, yaitu permintaan rokok dari senior kepada korban.
Baca Juga:Undip Terapkan 'Zero Bullying' 3 Mahasiswa PPDS Sudah Dikeluarkan!
"Ini masalah yang sangat remeh, tetapi karena senioritas, kekerasan terjadi sampai menyebabkan anak saya meninggal," ujarnya dengan nada lirih.
Tri menambahkan bahwa meskipun anaknya dipukul, tidak ada luka luar yang terlihat. Keluarga kini menunggu hasil otopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematian.
"Kami berharap hasil otopsi segera keluar agar semuanya menjadi jelas. Mudah-mudahan tidak ada korban lain setelah ini. Anak saya cukup menjadi yang terakhir," imbuhnya.
Kejadian ini sekali lagi memunculkan kekhawatiran terkait perundungan di lingkungan pendidikan pesantren, di mana para santri sering kali menjadi korban senioritas dan kekerasan yang disamarkan sebagai bagian dari budaya disiplin.
Meskipun kekerasan di pesantren kerap kali tidak terpublikasi, kasus ini menyoroti pentingnya perbaikan sistem pengawasan dan perlindungan bagi para santri.
Baca Juga:Diduga Jadi Korban Perundungan, Polisi Selidiki Kasus Kematian Mahasiswi Undip
Hingga berita ini diturunkan, pihak pesantren tempat AKPW menimba ilmu belum memberikan konfirmasi terkait dugaan perundungan yang berujung pada kematian santri tersebut.