Pada era Victoria (1837–1901), tradisi Natal berubah menjadi perayaan keluarga. Orang tua mulai memberikan hadiah kepada anak-anak melalui berbagai permainan, seperti cobweb party. Dalam permainan ini, benang warna-warni digunakan untuk memandu anak-anak menemukan hadiah yang telah disembunyikan.
Pemberian hadiah pada masa ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk kasih sayang, tetapi juga mencerminkan semangat kebahagiaan Natal.
Natal dan Era Komersialisasi
Memasuki abad ke-19, Natal mulai menjadi lebih komersial. Iklan-iklan hadiah Natal muncul di surat kabar sejak tahun 1820, dan pada tahun 1840, Sinterklas mulai terlihat di toko-toko. Bahkan, pada tahun 1867, toko Macy’s di New York membuka layanan hingga tengah malam pada Malam Natal untuk melayani pelanggan yang membeli hadiah di menit-menit terakhir.
Baca Juga:Natal dan Tahun Baru 2025: Strategi Pertamina Pastikan Energi Aman di Jawa Tengah dan DIY
Meski kini Natal sering dikaitkan dengan belanja dan hadiah, tradisi ini tetap melibatkan semangat kasih sayang dan kebersamaan. Kado Natal 2024 tidak hanya menjadi bentuk perhatian, tetapi juga simbol perayaan yang penuh makna.
Dari Romawi hingga era modern, tradisi bertukar hadiah di hari Natal terus berkembang. Meskipun telah melalui berbagai perubahan, makna di balik pemberian hadiah tetap menjadi simbol cinta, kebahagiaan, dan kehangatan Natal. Di tengah komersialisasi, semangat berbagi ini tetap hidup dan memberikan kenangan indah bagi semua orang.
Kontributor : Dinar Oktarini