Program Makan Bergizi Gratis: Bisnis Kaya 'Gizi' Pemodal Besar

Uji coba makan bergizi gratis Presiden Prabowo Subianto sasar 600 ribu orang. Program ini berpotensi singkirkan katering kecil, karena syarat tender memberatkan UMKM

Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 11 Januari 2025 | 07:01 WIB
Program Makan Bergizi Gratis: Bisnis Kaya 'Gizi' Pemodal Besar
Siswa SD Negeri 1 Banyurojo, Mertoyudan menerima makan bergizi gratis. (Suara.com/ Angga Haksoro Ardi).

Ada 162 siswa SD 1 Banyurojo yang menerima bantuan makan bergizi gratis. Setiap hari, sebelum bel istirahat berbunyi, kotak makanan sudah siap tertata di depan masing-masing kelas.

Guru kemudian mengatur siswa untuk berbaris mencuci tangan dan mulai membagikan makan. Hari kedua uji coba di SD Banyurojo berjalan lancar.

No drama. Nol kegaduhan. Murid kelas 1 yang biasanya paling sulit diatur, sudah mulai paham apa yang harus mereka lakukan sebelum dan sesudah menerima makan.

Menu makan hari itu terdiri dari nasi, sayur taoge, sepotong tahu, dan ayam tepung. Begitu membuka kotak, kebanyakan murid langsung melahap jeruk yang disajikan sebagai pelengkap makan.

Baca Juga:Pemprov Jateng Alokasikan Rp67,13 Miliar untuk Program Makan Bergizi Gratis

Menjawab pertanyaan apakah menu yang disajikan sesuai dengan kebutuhan gizi anak? Pantja Riani menjelaskannya panjang lebar.

“Kalau dari sana (Pusat Pelayanan Pemenuhan Gizi) kemarin mengutarakan (yang penting) anak belajar makan sehat. Jadi menunya sudah sesuai kebutuhan (gizi).”

Memastikan apakah sajian makan gratis sudah sesuai kebutuhan gizi masing-masing anak, tentu butuh kajian lebih lanjut. Termasuk menakar apakah menu sudah sesuai dengan kebutuhan asupan gizi untuk semua tingkatan usia anak.

Sebab menu dan porsi makan yang diberikan kepada siswa sekolah dasar, sama dengan makanan yang diberikan kepada siswa menengah atas. Selain ke SD 1 Banyurojo, makan bergizi gratis juga diberikan untuk siswa MTs Negeri 2 dan SMK Ma’arif Kota Magelang.    

Acuan kebutuhan makanan, selama ini manut pada tabel angka kecukupan gizi yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI. Besarnya asupan karbohidrat, lemak, dan serat untuk menghasilkan kalori diukur berdasarkan berat, tinggi badan, dan jenis kelamin.

Baca Juga:Bukan Cuma Indonesia, Ini 5 Negara yang Terapkan Makan Bergizi Gratis untuk Siswa

Laki-laki kelompok usia 16-18 tahun misalnya, membutuhkan asupan kalori, lemak, dan serat yang lebih banyak dibanding anak lelaki usia 7-9 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini