Misteri Penumpang Ketiga dalam Ambulans di Alas Roban

Sopir ambulans, alami kejadian mistis di Alas Roban saat antar jenazah. Warung nasi goreng, video call istri rekan, hingga suara tabrakan tanpa bekas, membuatnya merinding

Budi Arista Romadhoni
Senin, 21 April 2025 | 18:30 WIB
Misteri Penumpang Ketiga dalam Ambulans di Alas Roban
Ilustrasi Ambulans yang melintasi jalanan. Freepik/wowapr89

SuaraJawaTengah.id - Tak semua perjalanan ambulans diisi dengan suara sirine yang meraung-raung. Kadang, yang mengisi adalah hening malam, bayangan yang tak terlihat, dan sosok yang tak seharusnya ikut.

Inilah pengalaman Bang Abid, seorang sopir ambulans baru yang malam itu mendapat giliran mengantar jenazah melewati jalur terkenal berhantu: Alas Roban. Cerita horor alas roban memang tidak ada habisnya. 

Dikisahkan dalam YouTube Lentera Malam, Abid tak pernah menyangka kepindahannya dari posisi kurir ke sopir ambulans akan mengubah cara pandangnya terhadap dunia.

Ia sudah cukup terbiasa mengantar darah ke PMI atau membawa hasil lab ke bagian radiologi. Tapi menjadi sopir ambulans, itu cerita lain. "Mental harus kuat," begitu pikirnya. Namun demi menafkahi istri yang sedang hamil, ia menerima tawaran itu.

Baca Juga:Jangan Lewatkan! Klaim Link Saldo DANA Kaget Hari Ini, Berpeluang dapat Ratusan Ribu Rupiah!

Baru dua bulan ia menjabat sebagai sopir ambulans. Tugas malam pertamanya berjalan mulus. Tapi ketegangan mulai muncul saat suatu malam, ia ditugaskan mengantar jenazah ke sebuah daerah di Jawa Tengah. Abid tidak sendiri, ia ditemani Pak Jai, rekan kerja yang juga bertugas mengurus pemulasaraan jenazah.

Berangkat selepas Magrib, mereka menyusuri tol Trans Jawa hingga tiba di daerah Brebes. Demi mendapatkan uang tambahan, mereka sepakat keluar tol dan menyambung perjalanan lewat jalur arteri. Dan di situlah mereka melewati Alas Roban.

Konon, Alas Roban adalah jalur penuh misteri. Tapi malam itu terasa biasa saja. Sampai rasa lapar menghampiri di tengah malam, sekitar pukul setengah dua. Mereka berhenti di sebuah warung nasi goreng di pinggir jalan. Abid memesan dua porsi. Mereka makan, berbagi tawa ringan, lalu bersiap membayar.

“Sudah dibayar sama yang satunya, Mas,” kata Abid menirukan percakapan dengan penjual nasi goreng. 

Abid dan Pak Jai saling pandang dan bertanya balik siapa sosok yang dimaksud oleh tukang nasi goreng itu. 

Baca Juga:Pemerataan Pembangunan Jadi Prioritas, Pemprov Jateng Tepis Wacana Pemekaran Wilayah

“Yang dari mobil situ, Mas. Tadi bertiga kan? Yang satu makan di mobil, lalu bayar untuk bertiga.” jawab si tukang nasi goreng.

Abid bergidik. Tak ada satu pun orang lain di mobil ambulans itu. Tapi mereka tak memperpanjang, hanya diam sambil menelan bulat-bulat ketidaklogisan itu.

Perjalanan dilanjutkan. Mereka sampai dengan selamat di rumah duka, lalu diminta keluarga untuk mengantar hingga ke pemakaman. Di sana, Abid sempat melihat kain kafan jenazah terlihat ada bercak darah di bagian lengan. Tapi ia memilih diam. Tak sopan bertanya, pikirnya.

Selesai pemakaman, mereka pamit pulang. Tapi misteri belum selesai. Dalam perjalanan, istri Pak Jai menelpon lewat video call.

“Kok bertiga?” ucap istri Abid heran.

Abid spontan menoleh ke spion tengah. Hanya ada bangku kosong. Tapi dari raut wajah Pak Jai, ia tahu mereka berdua melihat hal yang sama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak