"Sejak Senin hingga Rabu, siswa belajar dari rumah. Namun, karena hujan terus turun, air justru bertambah sehingga besok kami kembali menerapkan pembelajaran daring,” jelasnya, Rabu (5/2/2025).
Banjir yang merendam sekolah ini bukan pertama kali terjadi. Setiap tahun, SMP N 3 Bonang selalu menjadi langganan banjir. Bahkan, kali ini dua pohon tumbang menambah tantangan bagi pihak sekolah.
“Ketinggian air yang mencapai 50 cm membuat aktivitas belajar-mengajar tidak efektif,” ungkap Hery.
Tak hanya SMP N 3 Bonang, beberapa sekolah yang terkena dampak di antaranya SDN Bintoro 14, SDN Kalisari 3, SDN Karangasem 2, SDN Sayung 4, SDN Kalisari 1, SDN Sayung 3, SDN Karangasem 1, SD Siti Sulaechah, SDN Daleman, SDN Sayung 1, SDN Sidorejo, SDN Prampelan, SMP Islam Tanwirul Hija, SMP N 1 Bonang, dan SMP Islam Dakwatul Haq Bonang.
Baca Juga:Banjir Rendam Grobogan, BRI Salurkan Bantuan untuk Korban Terdampak
Pompanisasi Malah Meninggikan Banjir

Berdasarkan data terbaru, Jumat (7/2/2025) pukul 11.00 WIB, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak mencatat sebanyak 4.508 rumah terendam dan 53.489 jiwa di 3 kecamatan terdampak.
Total pengungsi hampir 200 jiwa yang tersebar di dua posko, yakni di Balai Desa Prampelan Sayung dan Balai Desa Batu Karangtengah.
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Demak Suprapto mengatakan kondisi banjir saat ini memang serba sulit. Menurutnya, Demak yang merupakan daerah hilir menghadapi problem ganda.
Daerah ini mendapatkan kiriman air dari atas, padahal pasang air laut (rob) juga sedang tinggi di wilayah pesisir. Imbasnya, aliran sungai tidak bisa menuju ke laut, dan melimpas ke permukiman warga di 16 desa.
Baca Juga:Menengok Pembuatan Dupa Imlek di Demak, Tergerus Zaman Tanpa Perhatian
"Kita wilayah hilir. Air dari atas tinggi, curah hujan juga tinggi di sini, padahal rob di pesisir lagi naik," ungkapnya ditemui di kantornya.
Upaya pompanisasi sebetulnya telah dilakukan. BPBD Demak telah mengerahkan 11 pompa air untuk menyurutkan genangan air di permukiman warga. Namun, upaya itu seolah sia-sia lantaran air yang dipompa malah kembali lagi karena tidak bisa menuju ke laut.
"Kami melakukan pompanisasi. Genangan air berhasil turun 10 cm pada pagi hari, tetapi di sore hari malah naik 15 cm," paparnya.
Dengan kondisi tersebut, dia berharap semua pihak bisa memahami dan ikut mencari solusi jangka pendek maupun jangka panjang. "Kita harus mengerti dan memahami. Kalau situasinya seperti ini, pompa diistirahatkan dulu sampai cuaca membaik," imbuhnya.
Kebutuhan yang saat ini mendesak untuk penanganan banjir diantaranya pompa air, pembuatan sabuk desa, karung sak, normalisasi daerah aliran sungai hingga sembako untuk pengungsi.
Kontributor : Sigit Aulia Firdaus