“Tempat, kita ada. Permasalahnya kita bisa mencari (murid) tidak? Kalau mau jadi umat, saya kira kami juga nggak narik umat. Kami welcome saja.”
Sikapnya sama, ketika ditanya apakah akan menjadikan perpustakaan sebagai tempat terbuka yang bebas dikunjungi orang.
Dia berharap, perpustakaan di Klenteng Hok An Kiong menjadi sarana khalayak umum mempelajari kebudayaan Tionghoa. “Harapan kami ada yang bisa melestarikan kebudayaan Tionghoa. Cuma itu. Lain nggak ada.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Baca Juga:Praktik Prostitusi di Gunung Kemukus Sragen Terungkap, Ritual Seks Hidup Lagi?