Selain itu, dalam budaya masyarakat Jawa dan Sunda, perayaan ini juga dikaitkan dengan berbagai tradisi turun-temurun, seperti ngabuburit, nyadran, dan halal bihalal. Semua ini menunjukkan bahwa istilah "Lebaran" tidak hanya berkaitan dengan aspek religius, tetapi juga mencerminkan kekayaan budaya masyarakat Indonesia.
5. Istilah Lokal yang Berakar Kuat
Dari berbagai teori yang berkembang, Pusat Bahasa memastikan bahwa kata "Lebaran" adalah bagian dari bahasa lokal, bukan serapan dari bahasa asing. Istilah ini telah digunakan secara luas untuk menamai perayaan hari besar Islam di Indonesia, mencerminkan perpaduan antara ajaran agama dan budaya setempat.
Meskipun di berbagai negara lain, perayaan Idul Fitri lebih dikenal dengan istilah Eid al-Fitr, masyarakat Indonesia tetap mempertahankan istilah Lebaran sebagai identitas tersendiri. Tradisi yang menyertainya, seperti mudik, halal bihalal, dan bagi-bagi angpao atau THR, semakin memperkuat eksklusivitas istilah ini di Indonesia.
Baca Juga:Arus Mudik di Jateng Mulai Meningkat, Pemudik Diimbau Waspadai Cuaca
Dengan berbagai versi asal usul ini, istilah "Lebaran" tetap menjadi bagian dari identitas budaya Islam di Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun.
Terlepas dari asal katanya, Lebaran bukan sekadar perayaan keagamaan, tetapi juga momentum bagi masyarakat untuk saling memaafkan, mempererat tali silaturahmi, serta berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Kontributor : Dinar Oktarini