Dua Tanggul Jebol, 9.177 Jiwa Terdampak, Lembaran Kelam Banjir di Demak akankah Terulang?

Tanggul Sungai Cabean & Tuntang jebol di Demak (21/1/2025), banjirkan ribuan rumah & lahan pertanian. Jalur Semarang-Grobogan sempat lumpuh

Budi Arista Romadhoni
Kamis, 23 Januari 2025 | 07:10 WIB
Dua Tanggul Jebol, 9.177 Jiwa Terdampak, Lembaran Kelam Banjir di Demak akankah Terulang?
Jalan Provinsi Semarang-Grobogan lumpuh total akibat jebolnya tanggul Sungai Tuntang di Desa Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Demak, Selasa (21/02/2025). (suara.com/Sigit AF)

SuaraJawaTengah.id - Jebolnya tanggul Sungai Cabean dan Sungai Tuntang di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada Selasa (21/01/2025), tidak hanya membawa limpasan air ke permukiman warga. Bencana ini juga membawa ketakutan akan terulangnya banjir serupa pada Maret 2024  yang dampaknya begitu parah.

Tanggul Sungai Cabean Desa Sidorejo, Kecamatan Karangawen jebol 20 meter yang membanjiri dua desa di Kecamatan Guntur, pada Selasa dini hari.  Limpasan air itu menerjangan seribuan rumah warga di Desa Tlogoweru dan Bogosari.

Masih di hari yang sama, tanggul Sungai Tuntang di Desa Kebonagung, Kecamatan Kebonagung, Demak juga ikut jebol 15 meter. Limpasan air bah memutus jalur utama Semarang-Grobogan. Hingga Rabu siang, jalan raya masih ditutup total.

Jebolnya tanggul tersebut tidak mengarah ke permukiman warga Demak, melainkan ke Kabupaten Grobogan. Kendati begitu, ratusan hektare lawan pertanian di Demak terkena dampak.

Baca Juga:Semarang Diprediksi Hujan Ringan, BMKG Peringatkan Potensi Banjir Rob di Jawa Tengah

Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Demak per 22 Januari 2025 pukul 11.00 WIB melaporkan, sebanyak 2.749 kepala keluarga dengan 9.177 jiwa di dua kecamatan terdampak banjir kali ini. Lalu 6 gedung pemerintah, lima sekolah, 16 tempat ibadah, 7 puskesmas, 1 pasar tradisional, dan 79 peternakan juga kebanjiran.

Kendati jumlah pengungsi tercatat kosong, tetapi lahan pertanian yang terdampak seluas 943 hektare. Padahal, saat ini memasuki masa tanam.  

Salah seorang petani, Suhadi mengaku rugi hingga ratusan juga lantaran padi yang baru ditanam rusak diterjang banjir imbas jebolnya Sungai Cabean.

"Kerugian sekitar Rp 50-100 juta," katanya, ditemui Rabu (22/01/2025).

Bupati: Banjir di Demak Tergantung Daerah Hulu

Baca Juga:Sejarah Wijkenstelsel: Akar Terbentuknya Pecinan di Jawa Tengah

Tingginya curah hujan di daerah Salatiga dan Kabupaten Semarang disebut menjadi biang kerok banjir di Demak yang merupakan daerah hilir. Debit air di Sungai Tuntang berasal dari Salatiga, sementara di Sungai Cabean berasal dari Kabupaten Semarang.

"Ini limpahan air dari atas, kami berharap di sana curah hujan tidak terlalu tinggi," kata Bupati Demak Eisti'anah.

"Semoga kondisi ini tidak mengulang bencana di 2024," tambahnya.

Warga Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Demak membersihkan lumpur yang terbawa banjir, Selasa (21/01/2025). (suara.com/Sigit AF)
Warga Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Demak membersihkan lumpur yang terbawa banjir, Selasa (21/01/2025). (suara.com/Sigit AF)

Seperti diketahui, banjir di Demak pada Maret 2024 merupakan yang terparah sejak 30 tahun terakhir. Sebanyak 11 kecamatan dan lebih dari 25.000 orang mengungsi karena bencana ini. Jalur nasional pantura dan perekonomian juga lumpuh.

Agar bencana di Demak tahun ini tidak makin parah, bupati sudah berkoordinasi lintas sektoral sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

"Kami selalu berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tidak terulang di kemudian hari. Semoga tidak ada titik jebol di daerah lain," ujarnya.

Eisti menambahkan, untuk kondisi Sungai Wulan Karanganyar saat ini masih dalam keadaan baik meski peningkatan debit air terjadi. Titik jebol pada 2024 lalu terpantau masih mampu menahan debit air.

"Ini menjadi evaluasi kami untuk melakukan penguatan tanggul sungai karena kejadian jebolnya beralih dari titik satu ke titik lainnya," kata dia.  

Upaya Mitigasi Bencana Dinilai Minim

Ketua DPRD Demak Zayinul Fata menilai Pemkab Demak tidak jeli dalam melakukan upaya mitigasi bencana. Menurutnya, bencana tahunan ini sebetulnya telah bisa  diprediksi melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dampak bencana banjir bisa diantisipasi.

Dengan jebolnya dua tanggul sungai di Demak pada Selala lalu, Zayin pun mempertanyakan keseriusan Pemkab Demak dalam melakukan upaya mitigasi bencana, tidak hanya penanganan saat terjadinya banjir, tetapi juga serius mempersiapkan rencana kontijensi untuk memitigasi risiko terjadinya banjir.

"Kami sangat prihatin atas musibah banjir yang terjadi dan mengingatkan agar pemda serius," katanya.

Dia menyampaikan Pemkab perlu melakukan pengelolaan tata ruang dan lingkungan yang baik. Kemudian, pembuatan peta wilayah rawan banjir, edukasi masyarakat tentang bahaya banjir, serta mempersiapkan anggaran penanggulangan bencana yang memadai dengan mempersiapkan upaya preemptif dan preventif.

Zayin melihat anggaran BPBD Demak masih terlampau kecil sehingga perlu koordinasi yang serius antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat untuk mempersiapkan program penanggulangan banjir yang memadai dan komprehensif sehingga Demak bisa menyelesaikan masalah tahunan yang berulang.

"Rob dan banjir adalah bencana yang terus berulang di Kabupaten Demak," katanya.

Berdasarkan PP 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, setidaknya ada beberapa jenis dana penanggulangan bencana yang disediakan pemerintah. Dana tersebut di antaranya, dana kontijensi bencana yang dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tertentu.

Kemudian, ada dana siap pakai yang selalu tersedia untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir.

Lalu, ada dana bantuan sosial berpola hibah yang disediakan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai bantuan penanganan pasca-bencana.

“DPRD akan mendukung setiap upaya Pemkab untuk menanggulangi bencana banjir di Demak. Ini menjadi tugas bersama tidak hanya eksekutif, tetapi juga legislatif," katanya.

Menurutnya, jika nantinya dibutuhkan, DPRD  akan melakukan komunikasi dan koordinasi dengan BNPB untuk dapat membantu Pemkab Demak dalam menyelesaikan masalah banjir. Ini agar masyarakat tidak lagi takut banjir saat musim hujan datang.

Kontributor : Sigit Aulia Firdaus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini