Mengenal Ritual Buddha Tantrayana pada Kremasi Murdaya Poo di Bukit Dagi Borobudur

Tokoh Buddha, Murdaya Poo, dikremasi secara Tantrayana di Bukit Dagi, Borobudur. Upacara melibatkan biksu dari India & kayu khusus. Kremasi bantu penyempurnaan di alam baka.

Budi Arista Romadhoni
Rabu, 07 Mei 2025 | 19:37 WIB
Mengenal Ritual Buddha Tantrayana pada Kremasi Murdaya Poo di Bukit Dagi Borobudur
Proses kremasi Murdaya Poo di puncak Bukit Dagi, kompleks Candi Borobudur, Selasa (7/5). (Suara.com/ Angga Haksoro A).

Dikutip dari paper penelitian berjudul “Tibetan Tantric Buddhism: Envisioning Death”, ritual pemakaman (termasuk kremasi) membantu pikiran orang yang meninggal untuk berhasil meninggalkan tubuh.

Ruh orang yang meninggal kemudian memasuki bardo atau alam antara yang mengarah pada kelahiran kembali.

Pemakaman Kremasi

'Kremasi atau penguburan api dianggap hanya dilakukan oleh orang kaya atau biksu senior. Hal ini berlaku di tempat-tempat yang tidak memiliki banyak kayu. Tetapi bagi masyarakat Deng dan Sherpa, pembakaran adalah praktik pemakaman yang paling menonjol karena banyaknya pohon."

Baca Juga:Bahas Peringatan Waisak 2023 di Borobudur, Perwakilan Umat Buddha Temui Ganjar Pranowo

Buddha Tantrayana juga mengenal pemakaman stupa yang merupakan ritual pemakaman paling mulia di Tibet.

Hanya lama tingkat tinggi, seperti Dalai Lama dan Panchan Lama, serta Buddha Hidup yang dimakamkan dengan cara ini.

Pemakaman stupa sebenarnya merupakan jenis mumifikasi karena mayat yang dibalsem dikeringkan dan dibungkus dengan ramuan dan rempah-rempah langka.

Kemudian, jenazah dibawa ke stupa untuk diawetkan dan dipuja. Jenis stupa tempat tinggal Lama bergantung pada tingkat spiritualnya, apakah terbuat dari emas, logam mulia lainnya, kayu, atau tanah.

Borobudur Pusat Spiritual

Baca Juga:Ratusan Umat Buddha Ikuti Ritual Pabajja Samanera: Meditasi Jalan Kaki Candi Mendut-Borobudur

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Umat Buddha, Kementerian Agama RI, Supriyadi menjelaskan bahwa kremasi adalah proses yang dipilih untuk membantu penyempurnaan diri setelah meninggal.

"Kremasi hanya satu proses untuk mencapai kesempurnaan fisik sehingga terbebas dari fisiknya (saat) ini. Kita meyakini bahwa segala sesuatu yang tercipta tidak kekal adanya," kata Supriyadi.

Setelah meninggal manusia akan melakukan perjalanan rohani hingga bisa mencapai kebahagiaan.

Bagi umat Buddha, apabila kebajikan ditanamkan terus menerus, harapannya orang yang melakukan kebaikan akan mencapai pencerahan.

Menjawab pertanyaan apakah Bukit Dagi selanjutnya akan dipakai sebagai lokasi kremasi, menurut Supriyadi kremasi di lokasi sakral ini hanya akan diperuntuka bagi para tokoh Buddha yang memiliki andil besar kepada umat.

"Ini tempat yang sakral. Kebijakannya (penggunaan lokasi untuk kremasi) ada di ranah TWB (Taman Wisata Borobudur) dan TWC. Kami berharap tempat yang sakral ini diperuntukan bagi para tokoh yang punya peran besar bagi umat."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak