Wakil Ketua DPRD Jateng Ungkap Alarm Bahaya di Pesisir Cilacap, dari Abrasi hingga Potensi Tsunami

Abrasi dan ancaman tsunami mengintai pesisir Cilacap. Wakil Ketua DPRD Jateng tekankan pentingnya mitigasi berkelanjutan, pelestarian mangrove, dan partisipasi masyarakat.

Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 13 Juni 2025 | 16:43 WIB
Wakil Ketua DPRD Jateng Ungkap Alarm Bahaya di Pesisir Cilacap, dari Abrasi hingga Potensi Tsunami
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Sarif Abdillah. [Istimewa]

SuaraJawaTengah.id - Menyelamatkan wilayah pesisir bukan sekadar upaya darurat menghadapi bencana, tetapi bagian dari komitmen jangka panjang untuk mewujudkan keseimbangan antara manusia dan alam.

Hal ini ditegaskan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Sarif Abdillah, saat menyoroti kondisi kawasan pesisir Kabupaten Cilacap yang kian terancam abrasi dan potensi tsunami. Kondisi tersebut menjadi ancaman nyata yang kapan saja bisa terjadi. 

Terletak di pesisir Selatan Jawa dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, wilayah Cilacap menyimpan kerentanan tinggi terhadap bencana alam, terutama tsunami dan abrasi.

Menurut Sarif, kerusakan lingkungan akibat abrasi tak hanya mengancam ekosistem, namun juga mengganggu keberlangsungan hidup masyarakat pesisir yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada laut.

Baca Juga:Sarif Abdillah: Remaja Harus Berani Berekspresi, Ini Alasannya!

"Karena itu, berbagai upaya mitigasi bencana, termasuk dalam mencegah abrasi, tentu harus dilakukan secara berkelanjutan," ujar Sarif di Semarang pada Jumat (13/6/2025).

Kabupaten Cilacap tercatat memiliki garis pantai sepanjang 201,9 kilometer. Panjang tersebut mencerminkan betapa besar tantangan yang dihadapi, terutama karena banyak permukiman penduduk berdiri langsung di bibir pantai.

Ilustrasi tsunami (unsplash.com/@toddtphoto)
Ilustrasi tsunami (unsplash.com/@toddtphoto)

Dalam konteks ini, penyelamatan lingkungan tidak bisa lagi dianggap sebagai wacana elit, melainkan sebagai kebutuhan mendesak dan konkret yang menuntut kerja kolektif dari semua pihak.

“Penyelamatan lingkungan bukan hanya wacana, tapi kerja kolektif yang berkelanjutan. Semua harus menegaskan komitmennya untuk terus menjaga harmoni antara manusia dan alam, demi masa depan pesisir yang lestari dan berdaya,” tegas politisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.

Salah satu langkah penting dalam menjaga kelestarian kawasan pesisir Cilacap adalah pelestarian hutan mangrove. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Tahun 2024, luas kawasan hutan mangrove di Cilacap mencapai 9.307 hektar.

Baca Juga:Wakil Ketua DPRD Jateng: Pendampingan Jadi Kunci Pengembangan Desa Wisata di Jawa Tengah

Ekosistem mangrove memiliki peran vital sebagai benteng alami yang melindungi pantai dari abrasi, menjadi rumah bagi berbagai jenis biota laut, serta berkontribusi besar dalam penyerapan karbon sebagai bagian dari mitigasi perubahan iklim.

“Upaya penanaman mangrove ini juga harus terus digalakkan. Apalagi sudah ada program dari provinsi terkait mageri segoro,” kata Sarif, mengacu pada inisiatif Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mendorong penanaman mangrove di pesisir.

Namun demikian, ia mengakui bahwa merealisasikan program tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Menurutnya penanaman mangrove membutuhkan perencanaan yang matang, mulai dari pemilihan lokasi yang sesuai, jenis tanaman yang cocok, hingga metode penanaman dan pemeliharaan yang tepat.

“Upaya penanaman mangrove tidaklah mudah. Dibutuhkan perencanaan yang matang, pemilihan spesies yang tepat, dan pengelolaan yang baik untuk mencapai hasil yang optimal,” imbuhnya.

Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Sarif Abdillah. [Istimewa]
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Sarif Abdillah. [Istimewa]

Di samping itu, Sarif menekankan pentingnya melibatkan masyarakat lokal dalam upaya pelestarian mangrove.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak