SuaraJawaTengah.id - Harapan besar untuk mengatasi problem banjir rob menahun di Kecamatan Sayung, Demak, Jawa Tengah, menemui babak baru.
Setelah usulan anggaran fantastis senilai Rp1,7 triliun untuk proyek Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa tak kunjung cair, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak kini menggodok jurus alternatif yang dinilai lebih realistis dan cepat.
Opsi baru tersebut adalah pembangunan "Giant Sea Wall Hybrid", sebuah konsep yang digadang-gadang jauh lebih terjangkau namun tetap efektif menahan laju air pasang laut yang kerap merendam pemukiman dan infrastruktur.
Bupati Demak, Eisti'anah, mengungkapkan bahwa koordinasi untuk mencari solusi terbaik bagi bencana rob yang seolah menjadi langganan ini terus berjalan intensif.
Baca Juga:Pelabuhan Tanjung Emas Diterjang Banjir: Ini Penyebab dan Upaya Penanggulangannya!
Meski usulan awal masih berada di meja pemerintah pusat, opsi baru ini muncul sebagai terobosan.
"Pemkab Demak terus mendorong upaya penanggulangan rob yang selama ini menjadi masalah kronis, khususnya di wilayah Kecamatan Sayung. Selain usulan awal, saat ini memang ada salah satu solusi yang digodok pembangunan tanggul raksasa atau Giant Sea Wall dengan konsep Giant Sea Wall Hybrid," ujar Bupati Eisti'anah di Demak, Jumat (11/7/2025).
Perbedaan utama terletak pada skala dan biaya. Jika proyek awal membutuhkan dana hingga Rp1,7 triliun dari Bappenas, konsep hybrid ini diperkirakan hanya menelan biaya sekitar Rp250 miliar hingga Rp300 miliar.
Angka ini sontak menjadi angin segar di tengah penantian panjang kepastian dari Kementerian Keuangan.
"Anggaran awal yang kita ajukan ke Bappenas mencapai Rp1,7 triliun. Namun hingga kini belum turun karena masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat, terutama Kementerian Keuangan," jelasnya.
Baca Juga:Tembok Penahan Laut Jebol, Aktivitas Pelabuhan Tanjung Emas Tetap Normal
Konsep hybrid ini tidak hanya unggul dari sisi biaya. Menurut Eisti'anah, model ini juga menawarkan efisiensi dan kecepatan dalam realisasi, bahkan cakupan wilayahnya bisa lebih luas hingga mencakup area Sayung sampai Kedungsepur.
"Konsep hybrid ini lebih sederhana, lebih murah, tetapi tetap bisa mengatasi rob. Pembangunan tetap mempertimbangkan aspek lingkungan, termasuk penanaman mangrove di beberapa lokasi yang ditentukan bersama Undip dan Pemprov Jateng," ujarnya.
Langkah ini menunjukkan sikap proaktif Pemkab Demak yang tidak ingin berpangku tangan.
Belajar dari pengalaman daerah lain menjadi salah satu pertimbangan utama agar proyek yang dibangun nantinya benar-benar berkelanjutan dan tidak menimbulkan masalah baru.
"Ia mengakui belajar dari kasus di Pekalongan. Jalan-jalan beton yang dibangun malah mengalami penurunan karena pengaruh lingkungan. Maka penting untuk memastikan konsep yang digunakan benar-benar matang dan berkelanjutan," ungkap Eisti'anah.
Meski demikian, Pemkab Demak tetap berharap usulan awal senilai Rp1,7 triliun bisa dipertimbangkan kembali, mengingat dana tersebut tidak hanya untuk tanggul, tetapi juga untuk paket lengkap penanganan banjir.