Ancaman FOMO Intai Anak Jawa Tengah, Dinas Pendidikan & DPRD Jateng Kolaborasi Lindungi Mental Anak

Media sosial picu krisis mental remaja Jateng (FOMO, indikasi bunuh diri). Guru BK & ortu perlu sinergi awasi penggunaan medsos agar bijak & sehat mental.

Budi Arista Romadhoni
Selasa, 21 Oktober 2025 | 17:07 WIB
Ancaman FOMO Intai Anak Jawa Tengah, Dinas Pendidikan & DPRD Jateng Kolaborasi Lindungi Mental Anak
Dialog yang diselenggarakan oleh Berlian TV (DPRD Jateng).
Baca 10 detik
  • Media sosial di Jateng picu krisis mental remaja, muncul gejala FOMO dan indikasi bunuh diri.
  • Dinas Pendidikan dorong guru jadi sahabat anak serta ajarkan etika bermedia sosial dan teknologi AI.
  • DPRD Jateng perkuat sinergi pengawasan rumah–sekolah lewat FGD dan program “Dewan Mengajar.”

SuaraJawaTengah.id - Arus deras teknologi digital dan media sosial di Jawa Tengah telah menciptakan tantangan serius bagi perkembangan mental dan akademik anak.

Dalam sebuah dialog yang diselenggarakan oleh Berlian TV (DPRD Jateng), terungkap bahwa dampak negatif media sosial telah mencapai titik kritis, memicu perasaan Fear of Missing Out (FOMO) hingga kasus indikasi bunuh diri di kalangan remaja.

Situasi ini menuntut perubahan peran besar, tidak hanya dari institusi pendidikan, tetapi juga dari lembaga legislatif.

Kompetisi dalam Kepala: Media Sosial Picu Krisis Mental

Baca Juga:Koperasi Merah Putih Jateng Rampung 100 Persen, Sekda Wanti-wanti: Jangan Ulangi Sejarah Kelam KUD!

Konselor Sebaya Pilar PKBI Jawa Tengah, Hapsari Oktaviana Hariaji, memaparkan fakta yang mengejutkan. Ia menceritakan penanganan kasus seorang remaja pada akhir tahun 2024 yang memiliki indikasi kuat untuk melakukan bunuh diri.

Ironisnya, remaja tersebut berasal dari keluarga yang mapan dan tidak memiliki masalah domestik yang berarti.

"Ternyata dia berkompetisi dalam kepalanya. Dia melihat teman-temannya begitu berprestasi, begitu tampak sempurna di media sosial," ungkap Kak Reu.

Fenomena ini, yang dikenal sebagai FOMO (Fear of Missing Out), membuat anak merasa rendah diri dan tertekan karena membandingkan kehidupan nyatanya dengan citra kesempurnaan di dunia maya. Kak Reu memperingatkan bahwa dampak terbesar dari kesehatan mental akibat media sosial adalah "ketidakinginan untuk tetap bertahan hidup."

Dinas Pendidikan: Guru Harus Jadi 'Sahabat Anak', Bukan Momok

Baca Juga:Bukan Cuma Soal Hoki! Adu Cepat Sikat 4 Link DANA Kaget, Saldo Rp349 Ribu Menanti

Nasikin, Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Nasikin, Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah mengakui bahwa anak-anak kini seringkali tidak konsentrasi pada pelajaran karena terlalu sibuk dengan media sosialnya.

Nasikin, Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, menegaskan bahwa media sosial adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak dan tidak boleh dilarang, melainkan harus dimanfaatkan dengan bijak sebagai sarana pembelajaran.

"Kami mendorong guru untuk tidak hanya sekadar memberikan knowledge, tapi bagaimana bisa memberikan sarana pendidikan kepada anak agar media sosial... bisa digunakan dengan bijak," ujar Bapak Nasikin.

Inovasi juga terus dilakukan. Dinas Pendidikan tengah melatih guru untuk care terhadap teknologi, termasuk Artificial Intelligence (AI), agar guru mampu mengajarkan pemanfaatan teknologi secara etis, bukan sekadar untuk mencari jawaban instan saat ujian.

Selain itu, peran Guru Bimbingan Konseling (BK) juga diubah total. Kementerian Pendidikan fokus meningkatkan kompetensi Guru BK agar mereka bukan lagi momok, melainkan sahabat anak, motivator, dan fasilitator untuk semua masalah siswa.

DPRD Mendorong Sinergi Pengawasan dari Rumah ke Sekolah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak