SuaraJawaTengah.id - Meruwat, ruwat, atau dalam bahasa Jawa disebut sebagai ngruwat atau ruwatan adalah sebuah cara membersihkan raga, jiwa, maupun prasarana seperti perangkat kerja, agar terhindar dari keburukan.
Tradisi meruwat ini juga bisa ditemukan di Kebun Teh Kaligua, Kabupaten Brebes. Gunungan dan sesaji diruwat ke tempat penyimpanan alat ketel uap teh, sebagai langkah menolak keburukan yang akan menimpa dalam proses produksi teh.
Di saat langit Desa Pandansari mulai disepuh warna emas dan ufuk timur mulai terlihat, rombongan dari Kaligua Culture Festival (KCF), Sabtu (27/7/19) menggelar upacara meruwat, guna menghayati sejarah saat era penjajahan Belanda.
Penggagas dan Penanggungjawab KCF, Dimas Indianto mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk selalu mengingat sejarah di era kerja paksa jaman Belanda. Yang mana, banyak pengorbanan untuk memindahkan alat ketel uap seberat 120 kg.
Baca Juga: Miss Auto Show 2019: Tak Semuanya Kenakan Gaun Malam
"Mengingat kembali pengorbanan warga membawa pemberian dari Belanda, berupa ketel uap saat era Van De Joeng. Benda ini diturunkan di Paguyangan," katanya.
Ia bercerita, "hadiah" berupa alat dari Belanda itu lalu dibawa ke Kaligua. Alat yang berat dan berdimensi besar ini mesti dibawa secara dipikul dan Belanda sebagai tuan tak peduli soal bobot berat.
"Alat sebesar itu dipikul dengan cara berjalan kaki, menempuh jarak sejauh 12 km. Medan banyak menanjak. Namun warga harus patuh, guna mengikuti perintah Belanda waktu itu," ujar Dimas Indianto mengisahkan.
Jumlah total pekerja sampai puluhan yang berasal dari masyarakat dari tiga desa, yakni Desa Kretek, Ragatunjung ,dan Desa Pandansari.
Saking beratnya serta kondisi medan, alhasil untuk memikul satu alat membutuhkan waktu hampir satu bulan. Lamanya lantaran waktu banyak untuk beristirahat di jalan. Oleh Belanda, para warga yang bekerja membawa alat berat itu diberi hadiah suguhan ronggeng dan lainnya sebagai penyemangat.
Baca Juga: Exhibitors Night GIIAS 2019: Dari Mobil Favorit sampai Miss Auto Show
"Untuk menghibur masyarakat yang lelah, Belanda menyelenggarakan ronggeng untuk para pekerja. Butuh waktu 20 hari untuk satu alat dengan digotong bergantian," imbuhnya.
Berita Terkait
-
Mirip Cappadocia, Begini Kemeriahan Festival Balon Udara di Pekalongan
-
Riau Jadi Provinsi Kedua Tertinggi Terjadi PHK
-
18 Ribu Pekerja di PHK hingga Februari 2025, Ini Provinsi Terbanyak
-
Puncak Arus Mudik Terjadi Hari Ini, Polda Jateng Terapkan One Way dari Tol Kalikangkung hingga Bawen
-
Kabar Gembira! Pemprov Jateng Hapus Tunggakan Pajak Kendaraan pada Lebaran 2025
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Rekrutmen Guru Sekolah Rakyat Sudah Dibuka? Simak Syarat dan Kualifikasinya
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
Pilihan
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
Terkini
-
Didukung BNI Xpora, Produsen Permen Jahe Indo Tropikal Sukses Tembus Pasar Ekspor
-
Hubungan Gelap Berujung Maut: Oknum Polisi Jateng Dipecat Usai Aniaya Bayi hingga Tewas
-
PSIS Semarang Siap Hadapi Persik, Targetkan Kemenangan untuk Jauhi Zona Degradasi
-
Tanjakan Sigar Bencah: Misteri Jalan Angker di Tengah Hutan Jati Semarang
-
Pemutihan Pajak Kendaraan: Nafas Baru bagi Warga, Jadi Pendongkrak PAD Jawa Tengah