Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Jum'at, 24 Juli 2020 | 14:50 WIB
Seorang janda miskin hidup terunta-lunta tak punya rumah. Dia diusir dari rumah milik saudaranya yang sebelumnya ditumpangi sebagai tempat tinggal. (Suara.com/Dafi)

SuaraJawaTengah.id - Seorang janda miskin hidup terunta-lunta tak punya rumah. Dia diusir dari rumah milik saudaranya yang sebelumnya ditumpangi sebagai tempat tinggal.

Janda miskin itu bernama Riyati, ibu 1 anak berusia 48 tahun. Sebelum diusir, Riyati memang sudah hidup susah di Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Sebelumnya, Riyati tinggal di sebuah rumah sederhana yang lebih mirip bangunan gubuk. Sementara dinding rumahnya hanya berupa anyaman bambu alakadarnya. Untuk tidur, ia harus rela berdesakan dengan anaknya.

Setiap malam, Riyati bangun untuk sholat tahajud untuk meminta pertolongan kepada Tuhan agar dimudahkan perjalanan hidupnya. Ia sering tak tega melihat anaknya tersiksa.

Baca Juga: Viral Jual Tanah Bonus Janda Cantik di Kudus, Sosok Dewi Dicari-cari

Tak jarang juga saya nangis saat tengah malam kerena sedih.

Seorang janda miskin hidup terunta-lunta tak punya rumah. Dia diusir dari rumah milik saudaranya yang sebelumnya ditumpangi sebagai tempat tinggal. (Suara.com/Dafi)

"Hampir tiap malam saya nangis, sedih nggak tega melihat anak saya," keluhnya.

"Kalau hujan basah sini, tembus semua apalagi lantai rumahnya masih berupa tanah. Kalau hujan kebanjiran," kata dia saat dijumpai SuaraJawaTengah.id di rumahnya, Jumat (24/7/2020).

Sebenarnya, berbagai usaha pernah ia tekuni, mulai dari bekerja sebagai asisten rumah tangga, tukang pijat, jual bakso hingga menjadi penjual bubur. Namun, usahanya itu masih belum cukup.

Alih-alih membangun rumah, untuk biaya hidup saja tak cukup. Bayangkan saja, hasil dari jualan bubur Riyati hanya untuk Rp 10 ribu per hari.

Baca Juga: Rumah Janda Kaya di Lebak Kebakaran, Emas & Uang Terbakar, Kerugian Rp 3 M

"Mau gimana lagi, sudah usaha tapi masih saja belum cukup,"

Dalam kondisi hidup serba susah, Riyati diusir dari rumah gubuk milik saudaranya yang dia tempat. Riyati yak ingin jelaskan alasan diusir. Tapi dia hanya bilang sering terjadi cekcok.

Sudah diusir, Riyanti pun bingung. Riyati menyampaikan curahan hatinya kepada tokoh masyarakat setempat. Karena tak tega, akhirnya tokoh masyarakat mempunyai inisiatif untuk membangun rumah sederhana untuk Riyati.

"Saya bersyukur mempunyai tetangga yang baik dan perhatian. Semoga semuanya dibalas oleh Tuhan," ucapnya.

Hingga akhirnya, di sebuah tanah peninggalan orangtuanya, istana sederhana milik Riyati dibangun oleh warga Dusun Wora Wari, Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Untuk bahan baku pembangunan rumah Riyati warga rela untuk iuran Rp 25 ribu setiap Kepala Keluarga (KK) . Meski tidak seberapa, minimal Riyati sudah mempunyai tempat tinggal.

"Dengan cara patungan, setiap Kepala Keluarga iuran Rp 25 ribu," kata Tokoh Masyarakat Desa Genting Jumadi saat ditemui di lokasi.

Setelah warga iuran, malah muncul masalah lain. Uang yang terkumpul dari hasil iuran warga, hanya terkumpul Rp 1 juta. Akhirnya, uang tersebut hanya cukup untuk membuat pondasinya saja.

"Baru pembangunan pondasi uangnya sudah habis. Akhirnya, kita narik iuran ke warga lagi," imbuhnya.

Dirasa masih belum cukup, akhirnya warga bersepakat untuk berhutang uang tahlilan warga Genting. Dari hasil uang tahlilan terkumpul dana sebanyak Rp 7 ratus ribu.

"Dari hasil gotongroyong warga Genting, saat ini rumah Riyati sudah berdiri. Total dana yang terkumpul Rp 4 juta rupiah," ujarnya.

Riyati, Janda satu anak ini mempunyai mimpi sederhana, yaitu membahagiakan anak semata wayangnya. Baginya, anak merupakan harta paling berharga.

Selain itu, ia juga berterimakasih kepada warga Desa Genting yang telah membuatkan rumah yang saat ini menjadi istana satu-satunya. Meski masih banyak kekurangan, ia sangat bersyukur.

"Saya bersyukur pokoknya, semoga semua yang membantu dibalas oleh Tuhan," tandanya.

Kontributor : Dafi Yusuf

Load More