Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Rabu, 29 Juli 2020 | 16:58 WIB
Poniyem. (Suara.com/Dafi)

SuaraJawaTengah.id - Hidup sangat miskin, Poniyem (70) tidak mau jadi pengemis. Nenek sebatang kara itu memilih bertahan hidup menjadi petani.

Nenek Poniyem warga Dusun Slamet RT 02 RW 08 Desa Meteseh, Boja, Kabupaten Kendal. Ia rela menjadi buruh tani demi sesuap nasi.

Poniyem tak ingin menyerah. Ia ingin terus bergerak. Ia meyakini sebuah falsafah Jawa, "ora obah ora mamah". Jika tak bekerja dan berkarya, maka tak akan bisa hidup.

Baginya, keterbatasan bukan untuk diratapi namun untuk menguatkan daya diri tanpa harus berharap belas kasih orang lain.

Baca Juga: Poniyem, Janda 70 Tahun Super Miskin Hidup di Tanah Kosong, BAB di Sungai

Itulah keyakinan Poniyem yang membuatnya sampai saat ini masih bertahan.

Poniyem. (Suara.com/Dafi)

"Jika tak bekerja dan berkarya, maka kita tak akan bisa hidup. Kan saya hidup sendirian tidak ada yang menemani," jelas Poniyem kepada SuaraJawatengah.id, Rabu (29/7/2020).

Dalam sehari-hari, Poniyem tak memiliki pekerjaan tetap. Ia hanya bekerja serabutan.

Saat musim panen padi, ia akan menjadi buruh tani atau dalam bahasa Jawa "nderep".

Di kala lain, saat musim kemarau, ia akan kerapkali pergi ke lahan dan hutan untuk mencari kayu bakar. Atau usai musim panen padi, ia akan mencari tanaman genjer di sawah untuk dijual ke tetangga.

Baca Juga: Kisah Riyati: Janda Miskin Diusir Keluarga, Warga Patungan Bangun Rumah

"Ya serabutan, saya kan orang desa tidak punya apa-apa. Harus kerja terus biar hidup," katanya.

Load More