SuaraJawaTengah.id - Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Desa Pasuruhan Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah akhir-akhir ini ramai aktivitas bocah. Tiap pagi sampai siang, sejumlah anak rutin mengunjungi tempat pemakaman.
Mereka duduk di bawah sebuah pohon besar di sekitar kuburan. Akar-akarnya yang menyembul ke permukaan disulap jadi tempat duduk yang nyaman.
Di situ tempat favorit para siswa di desa agar bisa mendapatkan sinyal.
Mereka mengeluarkan smartphone dan membuka aplikasi perpesanan. Di situ, bermacam tugas dari sang guru telah menunggu untuk dikerjakan.
"Tugasnya ada di WA, tiap hari ganti mata pelajarannya,"kata Khoirul Wildan (13) siswa kelas 7 SMPN 2 Karangkobar Banjarnegara, Minggu (9/8/2020)
Anak-anak itu belakangan menyulap makam menjadi tempat belajar. Sejak pembelajaran daring diberlakukan, mereka jadi rajin mengunjungi makam. Bukan untuk berziarah, melainkan berburu sinyal.
Keriuhan anak-anak masih belum mampu memecah keheningan makam. Nuansa kuburan masih terasa horor. Ranting-ranting pohon terus menari tertiup angin. Daun-daun saling bergesekan hingga melahirkan irama mencekam.
Wildan mengaku, sebenarnya ia merasa takut belajar di pemakaman.
Apalagi lokasi makam agak jauh dari pemukiman. Jika terjadi apa-apa, teriakan paling kencang mereka belum tentu terdengar warga di kejauhan.
Baca Juga: Gadis SMK Tinggal di Kandang Ayam, Terpaksa Beli HP untuk Belajar Online
"Ya sedikit takut. Karena di sini yang ada sinyal. Di rumah gak ada sinyal,"katanya
Namun apa boleh buat. Komplek makam adalah salah satu tempat paling bagus untuk mendapatkan sinyal. Selainnya ada komplek sekolah dasar yang terletak di bawah makam. Kebetulan, posisi komplek makam lebih tinggi dari pemukiman di bawahnya.
Sehingga wajar jika di dataran yang lebih tinggi itu jaringan internet lebih baik. Sementara lokasi permukiman berada lebih bawah. Sayangnya, di komplek padat penduduk itu minim sekali sinyal.
Wildan sendiri belum pernah merasakan suasana belajar di kelas di sekolah barunya. Sejak berstatus sebagai siswa di SMPN 2 Karangkobar, ia dan teman-temannya disuruh belajar di rumah.
"Biasanya di sini antara jam 7 sampai jam 2, mengerjakan tugas-tugas,"katanya
Halimah, orang tua Wildan, membenarkan jika anaknya saban hari belajar daring di makam. Ini dilakukan karena di rumahnya tidak ada sinyal. Padahal anaknya setiap hari harus mengikuti pembelajaran daring. Sementara lokasi yang sinyalnya kuat ada di dataran lebih tinggi, salah satunya kuburan.
Berita Terkait
-
Gadis SMK Tinggal di Kandang Ayam, Terpaksa Beli HP untuk Belajar Online
-
Lahan Pemakaman Khusus Covid-19 di Medan Penuh
-
6 Laptop Murah untuk Belajar Online, Harga di Bawah Rp 5 Juta
-
Sekolah Ini Siapkan Ratusan Tablet untuk Siswa Tidak Mampu Belajar Daring
-
Kisah Siswa SMP di Makassar yang Terpaksa Masuk Sekolah karena Tak Punya HP
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik
-
Ini Deretan Kesiapan Tol Semarang-Solo Sambut Lonjakan Pengguna Jalan Akhir Tahun
-
UMKM Malessa Tumbuh Pesat, Serap Tenaga Kerja dan Perluas Pasar
-
PKL Semarang Naik Kelas! Kini Punya Manajer Keuangan Canggih di Fitur Aplikasi Bank Raya