SuaraJawaTengah.id - Penyebaran Covid-19 belakangan ini semakin meningkat, akibatnya ekonomi pun semakin memburu. Namun, okupansi hotel wilayah Kota Solo semakin bergairah, meski masih jauh dari normal sebelum adanya pandemi Covid-19.
Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo mencatat tingkat penghunian kamar (TPK) rata-rata 30% pada dua bulan terakhir. Okupansi ini dominasinya tamu dari pemerintahan dan family atau traveller.
Namun, kabar baik ini dibayangi kekhawatiran. PHRI cemas akan dampak resesi akibat pandemi yang tengah mengadang.
Ketua Bidang Humas dan Promosi PHRI Solo, Sistho A Sreshtho, mengatakan bisnis perhotelan semakin membaik. Menurutnya, okupansi hotel sempat terpuruk pada Maret-Mei 2020 hingga rata-rata kurang dari 9%.
“Sekarang okupansi hotel Solo rata-rata 30%. Angka ini memang masih jauh dari normal seperti sebelum pandemi yang biasanya 60%-70%. Jadi ada penambahan 4%-5% setiap bulannya,” ujar Sistho dilansir dari Solopos.com, Sabtu (26/9/2020).
Sistho mengatakan okupansi sempat turun gara-gara Solo disebut masuk zona hitam risiko Covid-19. Ia berharap tidak ada lagi statemen negatif semacam itu.
Menurut Sistho, ada progres okupansi yang cukup signifikan setiap bulannya. Untuk tamu, paling banyak dari pemerintahan dan family atau free independent travellers (FIT).
Tamu pemerintahan yang mendongkrak okupansi hotel Solo ini seperti dari dinas, kementerian, hingga kunjungan kerja (kunker) DPRD. Sedangkan tamu travellers menginap karena bosan terus di rumah saat masa pandemi.
Menurutnya, tamu FIT ini cenderung staycation dengan tinggal dan tidak jalan-jalan seperti saat sebelum pandemi.
Baca Juga: Kadin Indonesia: Resesi Akan Ciptakan Lebih Dari 5 Juta Pengangguran Baru
“Mereka lebih tertarik program hotel. Kalau dari korporasi masih sedikit kurang dari 5%,” imbuhnya.
Kendati demikian, PHRI kini mengkhawatirkan dampak resesi Indonesia khususnya sektor pariwisata pada bisnis perhotelan.
Hal ini setelah Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan mengisyaratkan RI masuk jurang resesi pada kuartal III yang berakhir September 2020.
Pertumbuhan ekonomi pada periode itu proyeksinya minus 2,9%-1%.
“Kami khawatir imbas resesi ini. Kami belum bisa lihat nanti bagaimana. Padahal progres bisnis perhotelan membaik,” ungkapnya.
Sebelumnya, BPS Solo mencatat okupansi hotel bintang empat plus Solo naik paling signifikan jika ketimbang dengan hotel berbintang lainnya pada Juli 2020. TPK pada hotel bintang empat plus ini sebesar 29,31% atau naik 12,14% daripada Mei 2020.
Berita Terkait
-
Belum Dapat Izin, Balap Lari yang Viral di Solo Batal Digelar
-
Maju Pilkada, Gibran Rakabuming Raka Punya Harta Rp21 Miliar
-
Terungkap Harga Kekayaan Gibran, Jumlahnya Bikin Terpana
-
Harta Kekayaan Bagyo Wahyono yang Mencalonkan Diri Jadi Wali Kota Solo
-
Harta Kekayaan Gibran yang Mencalonkan Diri Jadi Wali Kota Solo
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
130 Tahun BRI, Konsisten Tumbuh Bersama Rakyat dan Perkuat Ekonomi Inklusif
-
10 Tempat Wisata di Brebes yang Cocok untuk Liburan Sekolah Akhir Tahun 2025
-
Borobudur Mawayang: Sujiwo Tejo dan Sindhunata Hidupkan Kisah Ambigu Sang Rahvana
-
5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
-
BRI Peduli Guyur Rp800 Juta, Wajah 4 Desa di Pemalang Kini Makin Ciamik