SuaraJawaTengah.id - Dampak pandemi Covid-19 membuat bisnis perhotelan mengalami guncangan hebat. Bahkan, beberapa hotel sudah menyatakan diri gulung tikar.
Di Semarang, pandemi Covid-19 memberi dampak negatif bagi bisnis perhotelan. Hingga hotel-hotel itu dijual bebas di laman jual belu online olx.co.id.
Dilansir dari Semarangpos.com, ada beberapa hotel di Kota Semarang hingga Bandungan, Kabupaten Semarang yang ditawarkan dengan harga miliaran rupiah. Mereka tak mempu membiayai operasional ditengah Pandemi Covid-19.
Seperti hotel di wilayah Jl. Dr Wahidin, Kota Semarang. Hotel dengan luas bangunan 1.000 meter per segi itu ditawarkan dengan harga Rp35 miliar sejak empat hari lalu, atau Selasa (16/2/2021).
Pun demikian dengan hotel bintang 3 yang terletak di sekitar kawasan Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani, dan dipusat Kota Semarang. Bangunan tiga lantai dengan 40 kamar tersebut dijual dengan harga Rp50 miliar.
Sekretaris DPD Indonesia Hotel General Manager (IHGM) Jawa Tengah (Jateng), Heri Kristanto, mengakui jika saat ini kondisi bisnis perhotelan memang tengah terpuruk. Kondisi itu pun membuat sejumlah pemilik atauowner memutuskan untuk menjual hotelnya.
“Tidak menampik memang kondisi bisnis perhotelan saat ini sedang tidak bagus. Salah satunya dampak pandemi. Jadi ya tidak menutup kemungkinan jika ada owner yang sudah tidak kuat membayar kewajiban [operasional] hotel memilih untuk menjualnya,” tutur Heri, Jumat (19/2/2021).
Heri menambahkan dalam industri perhotelan saat ini adalah masa low season. Masa di mana orang paling sedikit berkunjung karena minimnya waktu liburan.
Okupansi
Baca Juga: Puluhan Relawan Vaksin Nusantara Alami KIPI, dari Demam Hingga Mual
Pada kondisi normal atau sebelum pandemi, rata-rata okupansi hotel di Semarang berkisar antara 40-45%. Namun, saat ini rata-rata okupansi hotel berada di angka 20-25% sudah cukup bagus.
“Sudah low season, ditambah lagi pandemi. Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah sepi, ditambah regulasinya membatasi orang berkunjung. Kalau tidak ada pembatasan, sebenarnya bisnis masih bisa bertahan. Ini jangankan okupansi, MICE [meetings, incentives, conferencing, and exhibitions] juga sepi,” keluhnya.
Heri pun berharap pemerintah turun tangan untuk membantu industri perhotelan pada masa pandemi seperti saat ini. Salah satunya dengan membebaskan pajak perhotelan.
“Kalau enggak ada campur tangan pemerintah, sulit bagi hotel bertahan. Terutama, hotel-hotel bintang 3 ke bawah,” imbuhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Lelang on The Street, BRI Sapa Warga di CFD Blora, Kenalkan Peluang Investasi dan Kemudahan BRImo
-
La Suntu Tastio: Layanan Digital BRI Membuat Pengelolaan Keuangan Usaha Jadi lebih Praktis
-
Kolaborasi Lintas Budaya, BRI dan PSMTI Jawa Tengah Gelar Pengajian Kebangsaan di MAJT Semarang
-
Konektivitas Aceh Pulih, Kementerian PU Janjikan Jembatan Permanen
-
Urat Nadi Aceh Pulih! Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Mobilitas Kembali Normal