“Di sini produsen bata merah kan masih banyak. Ada yang gak bersedekah, tiga hari lebih bata merahnya dibakar gak matang. Bingung, setelah bersedekah langsung jadi,” kisahnya.
Kirab Kemanten
Kirab Kemanten ini bermula, setelah banyak masyarakat yang memeluk agama Islam. Setelah mereka tahu bahwa salah satu bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan adalah bulan besar.
Maka masyarakat berbondong-bondong meminta Sultan Hadirin untuk datang kepernikahan. Berhubungan dengan jarak dan efisiensi waktu, sehingga semua bisa terpenuhi.
“Sultan Hadirin dawuh agar akad nikah cukup laksanakan di masjid. Kalau tidak dilakukan di masjid, beliau berpesan agar setelah akad pasangan pengantin memutari gapura di depan masjid,” beber Afroh.
Setelah itu, jadilah tradisi Manten Ngebengi Gapuro (manten memutari gapura). Hanya saja setelah Gapura Padureksan jadi bangunan cagar budaya. Namanya dirubah menjadi Kirab Kemanten.
Terknisnya, pasangan pengantin berjalan dari gapura bagian selatan menuju ke utara di depan masjid secara memutar.
Sebelum memasuki gapura sebelah selatan, mereka secara suka rela memasukkan uang ke kotak amal yang berada di sana, dan dilanjutkan mengisi buku tamu karena gapura tersebut bangunan cagar budaya.
Sesudah itu mempelai diminta melanjutkan memutari gapura sebelah utara, dan dilanjutkan menuju pintu gapura bagian tengah. Di situ, pasangan yang baru menikah itu memanjatkan doa yang berada di atas pintu.
Baca Juga: Perhatian Warga Kudus! Tilang Elektronik Diterapkan, Ini Lokasi CCTV-nya
“Berputarnya cukup satu kali, tapi ada warga yang percaya berputar 3 hingga 7 kali,” ungkapnya.
Seperti halnya sedekah nasi kepal, bagi trah Loram maupun warga Loram yang tidak melakukan ritual ini, maka bakal mendapatkan pengalaman di luar nalar.
“Ada yang mempelai prianya malamnya kesurupan, siangnya diminta memutari gapura langsung sembuh,” jelasnya.
Adapula seorang lelaki asal Pasuruan datang untuk bertanya, lantaran 5 tahun menikah belum juga diberikan keturunan.
“Orang itu tanya ke saya, setelah tak runtut ternyata istrinya masih keturunan warga Loram. Lalu beberapa hari kemudian, dia datang bersama istrinya untuk melakukan kirab kemanten. Alhmadulillah, kersane gusti Allah, satu tahun kemudian datang dan bilang kalau istrinya sudah melahirkan,” turutnya.
Hukum sodaqoh sego kepel dan kirab kemanten, ditegaskan Afroh, wajib secara tradisi. Tentunya disertai niat baik dan tujuan benar dengan tidak menyimpang dari ajaran agama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Didukung BRI, Flyover Sitinjau Lauik Hadirkan Akses Lebih Aman dan Efisien di Sumatra Barat
-
Balas Dendam Akademis Uya Kuya: Rumah Dijarah Akibat Hoax, Kini Lulus S2 Hukum IPK 3,72
-
15 Tempat Wisata di Kebumen dan Sekitarnya yang Cocok untuk Libur Sekolah dan Tahun Baru
-
Sambut Natal Penuh Suka Cita, BRI Renovasi Gereja Kristen Jawa Purwodadi
-
Ancaman Krisis Finansial Intai Gen Z, Melek Asuransi Jadi Kunci Resolusi Tahun Depan