Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Selasa, 08 Juni 2021 | 14:47 WIB
Sartono Anwar, pelatih PSIS Semarang saat membawa juara 1987. [Ayosemarang/Audrian Firhannusa]

Pilih Karier Pelatih

Kala itu sebagai pelatih, usia Sartono terhitung tidak jauh-jauh amat dari para pemain. Pasalnya Sartono mulai melatih pada tahun 1975 di usia 27 tahun. Usia yang bisa dibilang masa-masa emas bagi pemain sepak bola. Namun Sartono memilih jadi pelatih.

“Soalnya sebagai pemain saya nggak bagus-bagus amat,” tambahnya yang selalu identik dengan topi pet.

Kembali ke momen juara tahun 1987, Sartono di awal tahun itu sebetulnya menjabat sebagai manajer. Untuk pelatih kala itu dipegang oleh Cornelis Soetadi.

Baca Juga: Kompetisi Bergulir, Bos PSIS Semarang: Bisa Bangkitkan Industri Sepakbola

Posisi pelatih lalu diambil alih Sartono. Saat mengambil posisi itu, Sartono sudah punya ilmu sepak bola modern yang telah dipelajarinya setelah mengikuti berbagai kursus kepelatihan di Eropa.

Ditambah pada tahun 1975-1976 Sartono sempat menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia Wiel "the Albert Einstein of Football" Coerver dalam Diklat PSSI di Salatiga.

“Tugas pelatih hanya menunjukan jalan. Semua eksekusinya tergantung pada pemain yang di lapangan,” jelasnya.

Saat melakoni laga final di Stadion Utama Senayan, PSIS termasuk tim yang tidak diunggulkan. Terlebih lawan yang dihadapi adalah Persebaya Surabaya.

Saat itu PSIS diperkuat pemain senior macam kiper FX Tjahyono, Surajab, Rohadi, dan Syaiful Amri. Kemudian ada juga Ahmad Muhariah, Budi Wahyono, dan Adibar Sudaryanto.

Baca Juga: Datang Telat, Pemain PSIS Dapat Porsi Latihan Tambahan dari Dragan Djukanovic

Namun di lapangan kenyataan berbeda. PSIS mampu unggul setelah Syaiful Amri pada menit ke-77 mampu menjebol gawang kiper Persebaya yang dijaga Putu Yasa.

Load More