SuaraJawaTengah.id - Sudah 5 tahun belakangan warga Dusun Sindon, Desa Sambak, Kecamatan Kajoran bebas dari ketergantungan gas elpiji Pertamina. Tak terpengaruh gonjang-ganjing kenaikan harga elpiji.
Sekitar 50 kepala keluarga (KK) warga Dusun Sindon, Desa Sambak, menggunakan bio gas dari pengolahan limbah produksi tahu. Mayoritas warga Dusun Sindon memiliki usaha kerajinan tahu.
“Hampir 100 persen warga Dusun Sindon (menggunakan biogas). Karena ada sekitar 50 kepala keluarga yang sekarang sudah menggunakan biogas,” kata Kepala Desa Sambak, Dahlan, Selasa (8/3/2022).
Menurut Dahlan, ide memanfaatkan biogas dari limbah tahu muncul sekitar tahun 2014. Saat itu warga protes terganggu limbah produksi tahu yang dibuang begitu saja ke sungai.
Warga mengeluhkan bau dari limbah tahu. Limbah cair yang dibuang ke sungai mulai mencemari kolam-kolam ikan milik warga.
“Perajin tahu itu tadinya ada 1 terus menjamur sehingga polusi udaranya yang tidak sedap semakin banyak. Kerusakan lingkungan juga semakin parah karena ada beberapa perajin tahu yang membuang limbah langsung ke sungai,” ujar Dahlan.
Pemerintah Desa Sambak kemudian memperoleh bantuan membangun digester biogas dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah tahun 2015.
Total saat ini Desa Sambak memiliki 5 digester yang sudah aktif beroperasi. Sekitar 50 KK sudah menikmati biogas dari pengolahan limbah produksi tahu.
“Tahun 2019 saya juga menggunakan dana desa untuk membangun satu lagi digester dan instalasi pengolahan air limbah (ipal). Sehingga penggunaannya yang tadinya digester 1 hanya untuk 17 kepala keluarga, sekarang sudah lebih 45 sampai 50 KK.”
Baca Juga: Penyaluran Elpiji 3 Kilogram Harus Diperketat, Imbas Kenaikan Harga Elpiji Nonsubsidi
Menurut Dahlan hampir 80 persen warga khususnya di Dusun Sindon sudah menggunakan biogas. Rata-rata satu keluarga bisa menghemat pengeluaran hingga Rp65 ribu per bulan dari penggunaan biogas.
Satu KK rata-rata menggunakan elpiji ukuran 3 kilogram sebanyak 4 tabung perbulan. Jika 1 tabung dibeli seharga Rp20 ribu, rata-rata sebulan menghabiskan pengeluaran Rp80 ribu.
Menggunakan biogas dari pengolahan limbah tahu, warga hanya perlu membayar iuran sebesar Rp15 ribu per bulan. “Penggunaannya 24 jam. Jadi sudah ada pengurangan anggaran (untuk gas) Rp65 ribu per bulan.”
Jaringan instalasi biogas kemudian dikelola oleh kelompok masyarakat Desa Sambak. Mereka bertugas merawat jaringan dan mengganti kerusakan digester biogas.
“Misal ada jaringan yang rusak, itu ada petugas. Terus ada penagih iuran. Selain murah, sekarang yang namanya pencemaran lingkungan sudah tidak ada. Air yang keluar dari digester itu sudah netral. Sudah tidak ada kandungan yang merusak tanah.”
Kontributor : Angga Haksoro Ardi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
- 5 Mobil Bekas di Bawah 50 Juta Muat Banyak Keluarga, Murah tapi Mewah
Pilihan
-
Penuhi Syarat Jadi Raja, PB XIV Hangabehi Genap Salat Jumat 7 Kali di Masjid Agung
-
Satu Indonesia ke Jogja, Euforia Wisata Akhir Tahun dengan Embel-embel Murah Meriah
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun Usai Natal, Cabai hingga Bawang Merah Merosot Tajam
-
7 Langkah Investasi Reksa Dana untuk Kelola Gaji UMR agar Tetap Bertumbuh
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
Terkini
-
Kudus di Ujung Tanduk: Menteri LHK Ancam Sanksi Berat Imbas TPA Berbahaya di Atas Tebing
-
Peran BRILink Agen Hadirkan Akses Keuangan dan Pertumbuhan Usaha di Pelosok Desa
-
Gereja Blenduk Semarang Kembali Bersinar: Natal Perdana Pasca Revitalisasi
-
2 MPV Bekas Rasa Sultan, Rekomendasi Mobil Mewah di Bawah Rp100 Juta!
-
Jawa Tengah Diguyur Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Potensi Petir dan Angin Kencang Lokal