"Jadi kedepan dunia street art itu memang menjadi sub kultur sendiri yang mempunyai dunianya sendiri. Sehingga antar seniman pun terjadi ketegangan. Salah satunya ada throw up, sessing atau saling menutupi,' kata Nafi.
Dia berharap kedepan aksi street art di Kota Magelang bisa dilakukan secara elegan. “Tidak secara umpet-umpetan seperti yang selama ini terjadi. Gambaran besarnya kita mempercantik kota. Mendukung tata kota yang ada.”
Sesi Mural 'Ayo Rukun'
Dari atas tangga setinggi 5 meter, Subki melakukan tarikan pertama kuasnya. Menutup bidang polos pada tembok sisi luar Toko Buku Jaya.
Di tembok 2 lantai sepanjang 15 meter itu, sekitar 28 perupa jalanan berbagi ruang kreasi.
"Rencana saya gambar Superman sama Gatotkaca. Gatotkaca yang merupakan budaya Indonesia dan Superman budaya luar. Itu saling berdampingan. Rukun. Nggak ada perbedaan," kata Subki yang memiliki nama jalanan “SmArt”.
Dia tak membantah karyanya yang ditimpa di Jalan Kalimas, Senowo menjadi bagian dari risiko menggambar di jalanan. Dia menyadari saling timpa hasil karya umum terjadi pada komunitas street art.
Tapi bukan berarti street art ala barat bisa ditelan mentah-mentah begitu saja. Etika, rasa saling menghormati sesama seniman jalanan masih berlaku bagi kita orang timur.
"Kita lestarikan budaya kita juga. Nggak usah saling gontok-gontokan lah. Kita damai dalam berkarya itu lebih nyaman. Lebih tenang. Kalau di barat kayak gitu (street art), pinginnya di Indonesia jangan kayak gitu."
Baca Juga: Perayaan Waisak di Candi Borobudur
Kegiatan menggambar bersama di tembok Toko Buku Jaya sebagai upaya menengahi ketegangan para perupa jalanan. “Mencairkan ketegangan yang ada di dunia,” kata Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang Muhammad Nafi.
Menurut Nafi ini tidak hanya megendurkan syaraf dunia mural yang sedang kenceng di Kota Magelang. Dunia medsos hari ini juga sangat tegang akibat polarisasi politik, residu Pilpres 2014 dan 2019.
"Kami memberi contoh bagiamana kita menyelesaikan masalah dengan elegan. Perlu pakai bahasa-bahasa yang lebih indah. Seni jawabannya dari ketegangan-ketegangan dunia ini."
Jalan Tikus Kampung Kota
Soal saling timpa karya mural dan graffiti di jalanan seharusnya tidak terjadi. Menurut Nafi masih banyak spot tembok kosong di Kota Magelang yang bisa digambari.
Termasuk cita-cita mengubah Jalan Jenggala dari timur RSU Tidar hingga pertigaan Fantasia menjadi lorong mural. Mengubah jalan itu menjadi koridor mural Kota Magelang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
BRI Dukung Pemberdayaan Difabel melalui Pelatihan dan Program Magang
-
SIG Bersama Semen Gresik Terima Kunjungan Puluhan Duta Minerba dari Kementerian ESDM
-
Diskon Avtur Pertamina: Angin Segar untuk Libur Nataru, Harga Tiket Pesawat Lebih Ramah di Kantong
-
Cari SUV Bekas Rp80 Jutaan? Ini 5 Pilihan Terbaik, Gagah dan Siap Diajak Touring!
-
Insan BRILiaN Region 10 Semarang Serahkan Bantuan Kemanusiaan untuk Bencana di Sumatera