SuaraJawaTengah.id - Masih ada 140 kepala keluarga yang bertahan di Dukuh Timbulsloko. Meskipun pemukiman yang terletak di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak telah dikepung air laut.
Untuk menuju ke Dukuh Timbulsloko juga harus berjalan kaki sejauh satu kiloan meter. Tadi pagi kebetulan banjir sedang surut dan hanya mengenangi akses jalan semata kaki.
Sedangkan jika banjir rob semakin tinggi, akses jalan satu-satunya ke Dukuh Timbulsloko menyatu dengan laut. Warga yang ingin beraktivitas terpaksa harus menggunakan perahu.
Memasuki pemukiman, tidak nampak jalan-jalan aspal maupun beton. Jalanan setapak disana terbuat dari kayu dengan tiang bambu jadi penghubung satu rumah warga dengan rumah lainnya.
Dukuh Timbulsloko seperti kampung diatas air. Tapi itu bukan konsep pariwisata. Melainkan keadaan yang memaksa mereka untuk membangun dan meninggikan rumah agar bisa bertahan dari kepungan air laut.
Mayoritas lantai rumah-rumah warga Timbulsloko sudah tenggelam. Mereka tinggal beralaskan kayu dan bawahnya air laut layaknya rumah panggul diatas laut.
Ketua RT 05 RW 07, Sun Haji menceritakan Dukuh Timbulsloko dulunya tidak seperti sekarang ini. Periode tahun 2000an awal, perkarangan rumah, jalanan beton hingga persawahan masih terlihat jelas.
Seiring perubahan iklim yang terjadi, Dukuh Timbulsloko mulai diterjang banjir rob tahun 2016. Bukannya menurun, setiap pergantian tahun banjir rob disana malah semakin tinggi.
Puncaknya di tahun 2021 keatas, Dukuh Timbulsloko benar-benar terendam dan seluruh wilayahnya dikepung banjir rob. Setelah itu jalanan aspal hingga perkarangan rumah menghilang.
Baca Juga: Pemkot Pekalongan Pastikan Ketersediaan Air Bersih untuk Korban Rob
"Kondisinya sekarang sangat memprihatinkan. Warga kalau mau beraktivitas serba susah," cetus Sun Haji saat ditemui SuaraJawaTengah.id, Kamis (17/8).
Demi bisa bertahan hidup, menurut Sun Haji warga Timbulsloko saling gotong royong membangun jalanan dari kayu dan mencoba berdamai dengan keadaan.
"Rumah saya sudah ditinggikan, tapi air masih bisa masuk dan menggenangi setinggi satu meteran," keluh Sun Haji.
Diduga Akibat Pembangunan
Permasalahan banjir rob di Timbulsloko khususnya di Kecamatan Sayung pernah disorot akademisi Akademisi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila.
Perempuan yang akrab disapa Mila itu bahkan belum lama ini menerbitkan sebuah buku berjudul "Urip Dioyak-oyak Banyu". Isi buku tersebut banyak membahas soal penyebab banjir rob wilayah dipesisir Demak.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Pertamina Patra Niaga Gelar Khitan Massal di Cilacap, Wujud Syukur HUT ke-68 Pertamina
-
5 MPV Diesel Pilihan Rp150 Jutaan yang Worth It untuk Keluarga di Akhir 2025
-
BRI Perkuat Aksi Tanggap Bencana Alam, 70 Ribu Jiwa Terdampak Beroleh Bantuan
-
PSIS Semarang Gegerkan Bursa Transfer: Borong Tiga Pemain Naturalisasi Sekaligus
-
8 Wisata Terbaru dan Populer di Batang untuk Libur Sekolah Akhir 2025