Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 21 Februari 2024 | 14:15 WIB
Aliansi Masyarakat Jawa Tengah (Jateng) saat tiba di depan kantor KPU Jateng. Rabu (21/2/24) [Suara.com/Ikhsan]

SuaraJawaTengah.id - Pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) 2024 memang telah usai. Namun pasca pencoblosan, situasi di Jawa Tengah diwarnai beberapa
peristiwa pelik seperti petugas KPPS meninggal dunia sampai adanya aksi menyoroti kecurangan pemilu.

Berdasarkan data terbaru perhari Senin (19/2/24) Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Tengah mengungkap sebanyak 33 petugas penyelenggara pemilu meninggal dunia.

"Terbanyak merupakan petugas dari Kelompok Penyelenggara Pungutan Suara atau KPPS," ucap Kadiv SDM dan Litbang KPU Jateng, Mey Nurlaela.

Mey kemudian merinci petugas pemilu yang meninggal dunia diantaranya 13 anggota KPPS, 10 Panitia Pungutan Suara (PPS) dan 10 orang dari Perlindungan Masyarakat (Linmas).

Baca Juga: Telkomsel Catat Ada Lonjakan Trafik Broadband hingga 8,4% Saat Pemilu 2024, TikTok Menjadi Platform Favorit

Selain itu, masih banyak ratusan petugas mengalami sakit pasca menyukseskan gelaran pemilu 2024.

"Anggota KPPS yang sakit 412 orang, PPS 58 orang, dan 63 orang linmas," jelasnya.

Aksi Kecurangan Pemilu

Disisi lain, puluhan orang yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Jawa Tengah pada hari Rabu (21/2/24) menggeruduk kantor KPU Jateng. Masa aksi yang didominasi emak-emak tersebut tidak puas dengan penyelenggaraan pemilu 2024.

Pantauan Suara.com di lokasi, masa aksi turut membawa spanduk dan menenteng kertas berisikan tidakpuasaan terhadap hasil pemilu. Tulisan-tulisan di secarik kertas bahkan isinya cukup menohok seperti "Turunkan Ketua KPU, KPU Tidak Jur-Dil, Pemilu 2024 Fail, Adili Pelanggaran HAM Diskualifikasi Prabowo-Gibran".

Baca Juga: Masyarakat Diminta Waspada Bencana, Cuaca Ekstrem Masih Berpotensi Terjadi di Jawa Tengah

Masa aksi sempat menyanyikan lagu-lagu nasional, pembacaan puisi dan mereka berani melabeli lembaga KPU "Bandar Togel" saat melakukan teatrikal.

"Sekarang KPU sudah jadi bandar togel," kata emak-emak disembari diiringi tepuk tangan dari masa aksi.

Sementara itu, seorang orator mengatakan alasan mereka menggeruduk kantor KPU Jateng lantaran adanya kecurangan dalam proses perhitungan suara. Dia menuntut KPU sebagai penyelenggara untuk bersikap jujur dan adil.

"Akan ada aksi susulan yang jauh lebih besar, kita lawan kedzaliman. Kita tegakkan konstitusi," serunya.

Tuntut Ketua KPU Pusat Mundur

Koordinator Lapangan (Korlap), Daniel Toto Indiyol menuntut Ketua KPU, Hasyim Asy'ari untuk mundur dari jabatannya. Sebagai penyelenggara pemilu, KPU sering melakukan kesalahan-kesalahan seperti pelanggaran etik dan terbaru persoalan sirekap.

"Kesalahan demi kesalahan masih terjadi dan pada akhrinya akan melahirkan pemilu cacat hukum," ucap Daniel pada awak media.

Pada intinya masa aksi yang datang ke kantor KPU guna mempertanyakan aplikasi sirekap serta menuntut dua poin utama yakni memuntut Ketua KPU Pusat beserta komisionernya untuk mundur dan minta diadakan pemilu ulang.

"Tuntutan kami kalau pemilu dilaksanakan kemarin tidak kredibel. Kami menuntut KPU mengadakan pemilu ulang," bebernya.

Komisaris KPU Jateng, Paulus Widiantoro, memaparkan ada lima poin aspirasi dari Aliansi Masyarakat Sipil Jawa Tengah yang menyampaikan aspirasi terkait pemilu 2024. Aspirasi tersebut berisikan perihal kontroversi aplikasi sirekap.

"Mereka tidak mau kami yang menjawab, tapi minta kami untuk menyampaikan ke KPU Republik Indonesia," jawab Paulus.

Disinggung soal tuntutan KPU RI untuk mundur. Paulus tidak punya wewenang untuk menjawab hal tersebut. Pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu bersama jajaran KPU Jateng.

"Kami akan diskusi dan rumuskan sebagai pengantar ke Ketua KPU RI," tandasnya.

Kontributor : Ikhsan

Load More