Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Kamis, 07 Maret 2024 | 09:17 WIB
Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Abe Kreasi, Anita Ediyanti. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

SuaraJawaTengah.id - Mengolah limbah kayu menjadi barang-barang yang bernilai, tentu bukan hal yang mudah. Namun, tidak bagi Anita Ediyanti warga Kota Semarang.

Wanita yang kini berusia 59 tahun itu pun berhasil menyulap limbah kayu menjadi barang-barang multifungsi.

Melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), wanita yang akrab dipanggil Anita itu merintis perusahaan kecil yang bernama Abe Kreasi. Ia memproduksi barang-barang ramah lingkungan.

Ditemui Suara.com, Anita menyebut memulai usahanya tersebut serba kebetulan. Selain itu UMKM yang ia rintis juga berdiri diusianya yang sudah tidak muda lagi.

Baca Juga: Kemanangan PSIS Semarang atas Persik Kediri Bawa Laskar Mahesa Jenar Kokoh di Papan Atas

"Mulai dari 2019, mulai coba-coba, mulai mendaftarkan UMKM 2020," ujarnya saat ditemui di kediamannya Jalan Telaga Payungmas, Kota Semarang pada Rabu (6/3/2024).

Wanita kelahiran Kota Semarang tersebut pun menceritakan, awal mula ia membangun Abe Kreasi dan paham soal mengolah limbah kayu.

Anita menyebut pada saat lulus kuliah sempat merantau ke Kabupaten Jepara. Perkenalannya dengan industri kayu pun dimulai saat menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan furniture.

Padahal, dari pendidikan dengan bisnisnya sekarang bisa dikatakan tidak nyambung. Namun berjalannya waktu limbah kayu bisa ia sulap menjadi barang-barang bernilai.

"Saya saat bekerja dulu memperhatikan dari produksi kayu itu, dari menggambar sampai finishing. Padahal Kuliahnya itu saya Pertanian dari UKSW," ujarnya kepada Suara.com.

Baca Juga: Tanpa 3 Pemain Asing, Ini Prediksi Susunan Pemain PSIS Semarang vs Persik Kediri

Anita pun mengungkapkan, ia memutuskan kembali ke Kota Semarang setelah menikah dan mempunya dua orang anak. Ia mengundurkan diri dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Setelah tidak bekerja, saya membuat hantaran pernikahan, kemudian saya tawarkan kepada orang-orang untuk saya buatkan tempat hantaran dari kayu," ujar Anita.

Dari situlah Anita akhirnya mulai merancang mengolah limbah kayu menjadi barang-barang yang bernilai.

"Ya kepikiran dari satu. Ciri khas kita geometrik, produk multifungsi lah. Jika untuk hantaran selesai bisa dimanfaatkan untuk tempat makanan atau minuman," jelasnya.

Untuk mendapatkan limbah kayu itu pun Anita mengambil dari Jepara, melalui rekanan yang dikenalnya saat bekerja dulu.

Selain itu, ia juga bekerjasama dengan pabrik-pabrik untuk beli kayu potongan kecil atau tertentu yang tidak terpakai.

"Produknya awal itu kita buat adalah pot bunga kecil, tapi juga multifungsi jadi tempat pensil, permen, coklat, di kafe malah untuk biji kopi. Bisa untuk macam-macam lah," ujarnya.

Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Abe Kreasi, Anita Ediyanti. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Memperdayakan Perajin Kecil

UMKM yang dibangun Anita pun bukan hanya memberikan keuntungan diri sendiri. Melainkan beberapa orang juga merasakan pundi-pundi rupiah yang dihasilkan.

Untuk bisa membuat barang-barang limbah itu, Anita rupanya memanfaatkan para perajin kecil yang ada di sekitar rumahnya. 

"Karyawan saya itu cuma 3, tapi kami juga memberi peluang juga kepada pengrajin kayu. Saling kerjasama. Ini sudah sekitar 4-5 pengrajin menjadi mitra kita. Karena semua punya spesialis kayu ya. Ada yang bisa buat kayu jati londo, tapi ternyata ada yang tidak bisa. Ya harus punya beberapa pengerajin," ujarnya.

Pemasaran hingga Ekspor

Produk-produk dari Abe Kreasi pun kini sudah merambah pasar ekspor. Bahkan melalui Rumah BUMN BRI Semarang Anita diperkenalkan dengan para eksportir dari Australia.

"Pemasaran kami ada dari online dan juga mulut ke mulut ya. Tapi produk kita ada yang sudah dijual sampai ke Australia. Namun, kalau ekspor dalam jumlah besar belum, karena persyaratannya kami belum bisa. Kami baru UMKM," ujarnya.

Anita mengungkapkan awal mendirikan UMKM sudah menjadi binaan dari BRI yaitu sekitar tahun 2020. Ia pun mengaku mendapatkan beragam fasilitas, dari pelatihan  pemasaran, sampai ikut pameran gratis.

"Perannya luar buasa, ini saya sampai dapat baru aja seminggu yang lalu, 27 februari lalu. Peralatan produksi dari BRIlife," ujarnya.

"Pendampingan dari BRI yang dari awal menjadi UMKM. Saya itu awalnya tidak percaya diri, karena hanya mengolah limbah, orang menganggap remeh, maka ikut rumah bumn itu jadi mengerti meningkatkan produksi, pemasaran, ikut pameran besar," tambahnya.

Kini usaha yang didirikan Anita bisa berdampak untuk ekonomi keluarga dan para mitra. Selain itu juga berdampak pada lingkungan.

"Pastinya akan mengurangi penebangan pohon dan sampah kayu," ujarnya.

Anita mengungkapkan, menjelang perayaan lebaran dan natal serta musim nikah pasti banyak pesanan.

"Dalam setahuan ya ada 2.000 produk yang keluar. Harga paling murah gantungan kunci love semarang Rp12 ribu, paling mahal di atas Rp500 ribu biasanya Rak untuk butik," ujarnya.

Produk UMKM Abe Kreasi. [Suara.com/Budi Arista Romadhoni]

Sementara itu, Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati mengungkapkan kini sudah ada 7.000 UMKM yang bergabung.

Diketahui, Rumah BUMN Semarang sampai saat ini telah memfasilitasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan menggelar berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

Rumah BUMN Sendiri didirikan pada 2017 oleh BRI. Pelaku UMKM dipersilakan bergabung dengan Rumah Kreatif BUMN secara gratis. Persyaratan memiliki usaha dan cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

"Kita tujuan akhirnya adalah go global, bisa ekspor," ujar Koordinator Rumah BUMN BRI Semarang tersebut.

Load More