Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Kamis, 23 Mei 2024 | 18:30 WIB
Ojek Taman Rekreasi Mendut mengantarkan umat Buddha yang akan mengikuti prosesi Waisak di Candi Mendut. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

SuaraJawaTengah.id - Kemeriahan perayaan Waisak di Candi Borobudur tidak hanya dirasakan oleh umat Buddha. Tukang ojek kebagian rejeki mengantar umat ke Candi Mendut.

Tukang ojek pangkalan di Taman Rekreasi Mendut ketiban untung mengantar umat Buddha yang datang terlambat mengikuti prosesi kirab Waisak.

Jalan menuju Candi Mendut ditutup di sekitaran bundaran tugu Soekarno-Hatta. Semua kendaraan besar dilarang melintas, kecuali motor ojek.

"Kalau ojek boleh. Kan cuma (pakai) jalanan sepintas kecil. Kalau mobil karena sana (kirab dari Candi Mendut) sudah start, jadi agak ribet. Kalau ojek masih bisa. Lancar," kata Sukarjo (60 tahun).

Baca Juga: Lingsir Suryo dan Pertapaan Hyang Agung: Selamat dari Ancaman Gaib Lewat Tapa Manembah Yang Maha Kuasa

Sukarjo salah seorang pengojek yang biasa mangkal di Taman Rekreasi Mendut. Sudah 15 tahun dia mangkal di situ.

"Saya ojek di sini dulu juga ikut bangun proyek jalan ini (Jalan Soekarno-Hatta). Sehari-hari ya mangkal di sini. Ada sekitar tujuh orang ojek pangkalan."

Dia melayani para pelaju yang naik angkutan umum dan turun di sekitar Taman Rekreasi. "Biasa melayani orang yang nglaju. Yang kesulitan mau ke pasar atau tergesa-gesa ke kantor."

Menarik ojek pada hari biasa sejak pagi hingga pukul 5 sore, Sukarjo biasanya mengantongi uang antara Rp50 ribu hingga Rp60 ribu.

Pada momen Waisak hari ini, pendapatannya meningkat dua kali lipat. Uang itu terkumpul hanya dari menarik penumpang sekitar dua jam selama pelaksanaan kirab.

Baca Juga: Merawat Simbol Spiritual Candi Borobudur, Payung Raksasa Hiasi Perayaan Waisak

"Ini sudah dapat sekitar sepuluh penumpang. Kalau dibanding pendapatan sehari-hari ya sudah mending ini. Ini kan cuma berapa jam saja."

Pada perayaan Waisak tahun lalu, Sukarjo mendapat uang lebih banyak. Sekitar Rp100 ribu terkumpul hanya dalam waktu sebentar.

"Dulu turun dari mobil, ditawar langsung naik. Dulu tarifnya Rp5 ribu. Sekarang BBM naik jadi tarifnya naik. Di-kurs sama harga BBM. Sekarang (peserta Waisak) masih banyak yang sehat-sehat, jadi pilih jalan kaki."

Sukarjo salah seorang pengojek jadul yang tidak mengenal perangkat aplikasi. Migrasi penumpang ke ojek online, turut mengurangi pendapatan ojek pangkalan.

"Saya kalah saingan sama Gojek. Aplikasi. Gojek kan pakai itu. Terus nanti bisa diantar sana-sana. Masuk ke HP. Kalau saya kan menawarkan jasa. Kalau jadi rejeki saya ya baru jalan."

Ojek Dadakan

Selain Sukarjo yang sehari-hari menarik ojek di Taman Rekreasi Mendut, siang tadi hadir juga banyak orang yang ikut menarik ojek dadakan.

Salah satunya Hanif (21 tahun), warga Sawitan yang ikut menarik penumpang umat Buddha peserta Waisak.

Hanif mengaku baru kali ini ikut menarik ojek selama perayaan Waisak. Pemuda yang baru lulus sekolah menengah atas ini memanfaatkan momen Waisak untuk mendapat uang tambahan.

"Cuma ikut momentum saja. Aslinya saya di rumah biasa. Momentum saja karena ada Waisak," kata Hanif.

Baru beberapa menit ikut mangkal, Hanif sudah mendapat dua orang penumpang. "Baru dua penumpang. Dapat Rp20.000. Cuma baru ini."

Ojek pangkalan tidak keberatan ada warga yang ikut mencari uang memanfaatkan momen Waisak. "Iya nggak apa-apa kalau lagi hari keramaian begini. Teko bisa hadir semua. Nggak khusus pangkalan."

Pada hari-hari biasa, ojek yang mangkal di Taman Rekreasi Mendut dilengkapi kartu anggota. "Kalau mangkal kan harus ada kartu anggota," ujar Sukarjo.

Leo Kristy (62 tahun) pemimpin rombongan umat Buddha dari Tangerang, Banten, mengaku terbantu oleh ojek yang mengantar ke Candi Mendut.

Ojek Taman Rekreasi Mendut mengantarkan umat Buddha yang akan mengikuti prosesi Waisak di Candi Mendut. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardi]

Leo membawa sekitar 100 orang warga Buddha yang hendak menjalankan ibadah Waisak di Candi Borobudur. Karena terlambat hadir, bus rombongannya tertahan di sekitar tugu Soekarno-Hatta.

"Kalau menurut saya sangat membantu orang yang kepepet begini. Karena kami datang terlambat ya sangat membantu," ujar Leo.

Menurut Leo, tarif ojek yang ditawarkan juga masih masuk akal. Pengojek tidak memanfaatkan momen sehingga menetapkan tarif yang relatif murah.

"Antara Rp10.000 sampai Rp15.000. Itu sih relatif menurut saya. Biasa saja. Nggak terlalu mahal. Buat kami malah sangat membantu."

Leo beserta rombongan berangkat dari Tangerang tanggal 21 Mei 2024. Rombongan sempat menginap satu malam di Yogyakarta.

Sebagian besar peserta rombongan adalah umat Buddha yang ingin mengikuti prosesi Waisak di Candi Borobudur.

"Mau ikut prosesi Waisak. Mungkin ada 10 persen umat di luar Buddha yang ikut. Orang Kristiani atau apa. Mereka ingin ikut memeriahkan Waisak."

Prosesi Kirab Waisak

Ribuan umat Buddha mengikuti kirab Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur, siang tadi. Prosesi kirab merupakan bagian yang tidak terpisahan dari perayaan Waisak.

Menurut Dirjen Bimas Buddha, Kementerian Agama, Supriyadi, ada rangkaian spiritual yang tak terpisahkan antara Candi Mendut, Pawon, dan Borobudur.

Sehingga puncak rangkaian puncak perayaan Waisak di Candi Borobudur harus dimulai dari Candi Mendut dan melewati Candi Pawon.

"Tahun-tahun sebelumnya selalu melewati dari Mendut, Pawon dan Borobudur. Namun mempertimbangkan beberapa situasi, sehingga tidak lagi seinggah di Candi Pawon. Tapi tetap melewati jalurnya Candi Pawon."

Kirab Waisak dari Candi Mendut mengantarkan air suci yang diambil dari Umbul Jumprit di Temanggung dan Api Dharma di Mrapen. Sebelum dikirab ke Borobudur, air suci dan Api Dharma disemayamkan di Candi Mendut.

"Hari ini kembali untuk merayakan Waisak memulainya dari Candi Mendut sebagai sentral. Memusatkan umat yang kemudian juga didahului dengan menyemayamkan air yang nantinya air berkah. Menyemayamkan api sebagai api penerang."

Perjalanan para biksu dan umat Buddha menuju Candi Borobudur juga merupakan praktik meditasi berjalan. Setiap langkah dalam perjalanan merupakan perenungan kebenaran luhur ajaran Buddha.

"Ada renungan Waisak dan meditasi. Setelah itu ditutup pradaksina mengelilingi Candi Borobudur sebagai ungkapan mengagungkan peninggalan bersejarah yang berisi ajaran Buddha."

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More