Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 09 Maret 2025 | 19:53 WIB
Relawan Pembersih Masjid (RPM) membersihkan Masjid An Nur di Desa Paremono, Mungkid. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

SuaraJawaTengah.id - Rachmat Hakim (59 tahun), punya kegiatan rutin yang tidak main-main. Memberikan pelayanan  di Masjid atau yang berhubungan langsung dengan Sang Pemilik Hidup.

Bayangkan. Setiap Rabu pagi sejak 6 tahun yang lalu, Rachmat beserta sekitar 30 orang lelaki lainnya, rutin menginfakkan waktu dan tenaga untuk membersihkan masjid.  

Secara bahasa, lafal masjid diambil dari akar kata sajada atau sujud yang punya arti patuh, taat, serta tunduk penuh hormat, juga ta’dzim.

Masjid satu-satunya tempat di muka bumi yang boleh disebut sebagai rumah Allah. Jadi tidak berlebihan, Rachmat dan semua rekannya anggota Relawan Pembersih Masjid (RPM), layak disebut sebagai para pekerja Allah.   

Baca Juga: Usai Retret di Akmil, Gubernur Jateng Langsung Tancap Gas Kerja untuk Rakyat

“Kami sungguh menggunakan kesempatan ini untuk refreshing. Jadi bisa ketawa bareng. Kadang ada takmir yang kasih makanan, ya kita makan seadanya. Kami bekerja dengan gembira,” kata Rachmat, Ketua RPM disela membersihkan masjid An Nur di Desa Paremono, Mungkid.

Semua anggota RPM secara sukarela meluangkan waktu tiap Rabu pagi hingga waktu shalat zuhur untuk membersihkan masjid. Tempatnya berpindah-pindah tergantung jadwal yang sudah diatur oleh pengurus.   

Masjid An Nur adalah jadwal pertama pembersihan masjid selama bulan Ramadhan. Berikutnya RPM mengatur waktu kegiatan di beberapa masjid di Muntilan.

Jadwal pembersihan masjid justru lebih padat menjelang Ramadhan. Banyak takmir yang meminta bantuan pembersihan agar suasana masjid nyaman bagi jemaah selama puasa.

“Program kami seminggu sekali setiap hari Rabu. Biasanya kalau menjelang Ramadhan banyak permintaan, jadi kami tambah jadwal pembersihan hari Sabtu.”

Baca Juga: Kepala Daerah Kader PDIP Akhirnya Masuk Retreat, Pramono Anung: Hasil Komunikasi dengan Ketua Umum dan DPP

Bukan Cleaning Service

Selain dakwah melalui bersih-bersih masjid, tujuan RPM adalah menggugah masyarakat agar lebih memperhatikan perawatan masjid. Kebanyakan warga mudah membangun masjid tapi kurang merawatnya.  

“Jadi kami bukan sekadar cleaning service. Tapi mengajak masyarakat lebih memperhatikan kebersihan masjid. Rata-rata kita itu gampang membuat masjid tapi untuk merawatnya kurang.

Pernah suatu kali membersihkan masjid di daerah Rambeanak, debu dari karpet ditimbang hingga 1,5 kilogram. “Kotor sekali, debunya seperti abu vulkanik.”

Menurut Rachmat Hakim, ternyata tidak gampang merawat masjid. Jemaah sering memasrahkan pekerjaan membersihkan masjid kepada marbot yang hanya mampu menjalankannya seminggu sekali.  

Biasanya begitu tahu akan kedatangan relawan, warga buru-buru membersihkan masjid karena malu. “Ternyata setelah kita datang masih kotor. Karena kotoran yang tidak terlihat dan tidak terjangkau itu banyak sekali.”

Tidak hanya berbekal tekad dan tenaga, RPM memiliki berbagai alat yang membantu meringankan kerja membersihkan masjid. Selain mesin semprot air bertekanan, ada cairan khusus pembersih keramik yang dipakai untuk membersihkan kamar mandi dan tempat wudu.

Ada juga mesin perontok debu yang dipakai untuk membersihkan karpet. Alat ini hasil modifikasi sendiri Relawan Pembersih Masjid.

“Dulu kami membersihkan karpet pakai gebukan kasur. Tangan lecet kalau karpetnya banyak. Ada anggota kita yang bisa rekayasa mesin. Sekarang karpet masuk mesin, keluar sudah bersih.”

Mesin pembersih karpet inovasi anggota Relawan Pembersih Masjid. [Suara.com/ Angga Haksoro Ardhi]

Ditolak Warga karena Berjenggot

Jangan kira kegiatan mereka lancar-lancar saja tanpa tantangan. Relawan pernah ditolak warga membersihkan masjid karena dicurigai berafiliasi dengan golongan Islam tertentu.

“Sudah dijadwalkan hari Rabu, malamnya dibatalkan. Alasannya curiga karena banyak anggota kami yang jenggotan. Dikira ada misi apa gitu lho.”

Padahal kata Rachmat, Relawan Pembersih Masjid tidak berafiliasi degan organisasi masyarakat apapun. Apalagi partai politik. Mereka mengaku hanya membawa satu bendera: Dakwah dengan cara bersih-bersih masjid.

“Motivasi kami semata-mata mencari ridho Allah. Kami menemukan kebahagiaan. Ada kebahagiaan ketika membersihkan kloset dari kotor jadi bersih. Betul-betul sesuatu yang baru.”

Demi menjaga niat dakwah, RPM juga memutuskan tidak memiliki donatur tetap. Seluruh kegiatan dari pengadaan alat hingga ongkos operasioal dibiayai melalui infak terbuka.

“Kami tidak ada donatur tetap. Semua kita pasrah pada Allah saja. Jadi karena kita membersihkan rumah Allah, insyallah Allah akan mencukupi.”

Bekerja untuk Allah

Keanggotaan Relawan Pembersih Masjid juga sangat cair. Dari 40 anggota, sekitar 25 orang yang hadir setiap minggu secara bergantian.

Mereka berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan dan usia. Rata-rata pensiunan PNS, pengusaha, pedagang, montir, dan petani.    

Mahfudz salah seorang anggota relawan yang paling tua. Termasuk anggota Relawan Pembersih Masjid generasi awal, usianya saat ini menginjak 70 tahun.

Pensiunan pegawai negeri sipil di Kalimantan Timur itu pernah memimpikan bisa menginfakkan tenaga untuk kegiatan membersihkan masjid.

“Saya berpikir kalau saja nanti misalnya ada waktu bisa keliling kemana-mana, saya mau membersihkan masjid. Saya pulang ke Jawa ketemu teman yang bersih-bersih masjid dan saya bergabung. Pas dengan yang pernah saya pikirkan dulu.”

Bersama relawan lain Mahfudz bisa pergi ke tempat-tempat yang jauh untuk membersihkan masjid. Tidak hanya di Magelang, Relawan Pembersih Masjid pernah berkegiatan hingga Purbalingga dan Banjarnegara.  

Kesempatan membersihkan masjid juga dimanfaatkan para relawan untuk menjalin silaturahmi dan menyegarkan pikiran. Kegiatan dilakukan untuk tujuan ibadah dan menghibur diri.

Sebab itu, hingga kini RPM tidak pernah menargetkan program kerja yang muluk. Semua dibiarkan mengalir sesuai kehendak Allah.

Kata Ketua RPM, Rachmat Hakim kegiatan membersihkan masjid sambil mengasah keyakinan bahwa selama kita yakin kepada Allah, semua akan tercukupi.

“Jangan khawatir kekurangan. Yang penting cukup untuk operasional, kita jalan. Nggak usah (punya keinginan) yang aneh-aneh. Apalagi yang kita dibersihkan rumah Allah.”

Kontributor : Angga Haksoro Ardi

Load More