Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 19 Juli 2025 | 15:13 WIB
Pendakwah kondang Miftah Maulana Habiburrohman atau akrab disapa Gus Miftah menemui guru madrasah diniah (madin), Ahmad Zuhdi yang viral karena menampar muridnya sehingga didenda Rp 25 juta, di Desa Cabgkring B, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Sabtu (19/7/2025). [suara.com/Sigit AF]

SuaraJawaTengah.id - Tangis pendakwah kondang Miftah Maulana Habiburrahman, atau Gus Miftah, pecah saat menemui Ahmad Zuhdi (60), seorang guru madrasah diniah (madin) di Demak yang viral setelah didenda Rp25 juta akibat menampar muridnya.

Momen emosional ini terjadi di tengah sorotan publik atas nasib guru dengan pengabdian puluhan tahun yang terjerat masalah hukum, sekaligus menyorot manuver Gus Miftah yang membawa pesan dari Presiden Prabowo Subianto pasca-kontroversi yang membuatnya mundur dari jabatan utusan khusus.

Gus Miftah, didampingi istrinya Ning Astuti, menyambangi kediaman Kiai Zuhdi di Desa Cangkring B, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, pada Sabtu (19/7/2025).

Kedatangannya tidak sendiri, ia tampak dikawal oleh anggota Banser dan organisasi kemasyarakatan (ormas) Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya, yang didirikan oleh sosok kontroversial Hercules dan dikenal memiliki kedekatan dengan Prabowo Subianto.

Suasana haru tak terbendung ketika kepala desa setempat, Zamharir, menceritakan ironi yang dialami Kiai Zuhdi.

"Pak Zuhdi ini puluhan tahun mengabdi sebagai guru mengaji. Dengan gaji yang kecil, untuk memenuhi kebutuhan, ia dan istri bekerja serabutan sebagai buruh tani. Kok ya tega diperkarakan seperti ini," kata Zamharir.

Kasus ini bermula saat Kiai Zuhdi, yang mengabdi lebih dari 30 tahun dengan honor hanya ratusan ribu rupiah per beberapa bulan, secara spontan menampar muridnya yang melempar sandal hingga mengenai pecinya saat mengajar.

Aksi disipliner itu berujung pada tuntutan denda damai dari pihak keluarga murid sebesar Rp 25 juta, yang setelah negosiasi disepakati menjadi Rp 12,5 juta.

Kisah ini pun viral dan memicu simpati luas dari warganet yang menganggapnya sebagai bentuk kriminalisasi terhadap guru.

Baca Juga: Banjir Rob Sayung Demak Seakan Tak Pernah Kering, Tanggul Laut Raksasa Jadi Harapan Terakhir?

Gus Miftah mengaku tak bisa menahan kesedihannya. Ia mengaku terusik sejak mengetahui kasus tersebut dari media sosial hingga tak bisa tidur. Menurutnya, perlakuan terhadap Kiai Zuhdi merendahkan martabat guru ngaji.

"Begitu remehnya, seolah guru mengaji tidak ada nilainya, padahal mereka sangat mulia," ucap Gus Miftah dengan suara bergetar.

Ia lantas membandingkan perasaannya saat menghadapi kasus ini dengan perundungan yang pernah ia alami.

"Saya dibully karena kasus es teh yang viral itu, saya tidak menangis, tetapi tahu kasus Pak Zuhdi, saya menangis," tambahnya, merujuk pada kontroversi yang menyebabkannya mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden belum lama ini.

Lebih dari sekadar kunjungan pribadi, Gus Miftah menegaskan adanya atensi dari lingkar kekuasaan. Ia mengungkapkan telah berkomunikasi dengan Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya.

Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto menitipkan pesan agar kasus yang menimpa guru ngaji di Demak tersebut segera diselesaikan.

Load More