Kisah Dariyah: Nasi Jagung dari Dapur Tradisional Magelang
Salah satu pembuat nasi jagung yang masih telaten menjalani usahanya adalah Dariyah. Ibu berusia 67 tahun, warga Desa Jati, Kecamatan Sawangan, Magelang ini, mengaku sejak kecil sudah akrab mengonsumsi nasi jagung.
Sejak empat tahun lalu, Dariyah mulai membuat nasi jagung untuk dijual melalui pedagang sayur keliling atau eyek. Rata-rata setiap hari ia mengolah 1,5 kilogram nasi jagung.
Sega jagung itu ia kemas dalam bungkusan kecil kertas nasi dan daun pisang. Satu bungkus nasi jagung lengkap dengan lauk ikan asin, sambal, dan kluban (urap), dijual seharga Rp2.500.
“Setiap hari saja buat sekitar 30 bungkus nasi jagung. Banyak yang suka. Paling nanti kembali lagi nggak terjual sekitar dua bungkus. Ya dimakan sendiri,” kata Dariyah sambil mengaduk aronan di dapur sederhananya.
Keuntungan dari menjual nasi jagung tidak seberapa. Selain harga jualnya yang murah, bahan baku biji jagung saat ini lumayan mahal, berkisar Rp9 ribu per kilogram. Padahal, berat biji jagung akan menyusut sekitar separuhnya setelah diolah.
“Dari 3 kilo jagung paling hanya jadi 1,5 kilo nasi jagung. Katulnya kan banyak,” jelasnya.
Proses 'Njelimet' di Balik Seporsi Sega Jagung
Nasi jagung buatan Dariyah tidak sesederhana proses mengukus jagung pipilan yang dicampur beras. Tahap pembuatannya lebih lama dan njelimet (rumit).
Baca Juga: Lulusan Baru Merapat! Bursa Kerja Magelang 2025 Tawarkan Peluang Emas dari Perusahaan Top
Sebelum digiling, biji jagung direndam selama tiga hari tiga malam agar teksturnya lunak. Tepung jagung kemudian dijemur hingga kering. Tepung lantas dibasahi secukupnya dengan air sebelum dikukus sekitar 20 menit. Setelah itu, tepung jagung diangkat dan dicampur sedikit air hangat untuk dikukus kembali.
Proses membasahi tepung jagung ini diulangi dua kali hingga didapatkan tekstur nasi jagung yang kering tapi tetap pulen. “Takaran airnya pakai perasaan. Kalau air hangatnya terlalu banyak, nasinya lengket. Kalau terlalu dingin, segane anyep,” kata Dariyah berbagi rahasia.
Sri Widayati, putri sulung Dariyah, mengaku tidak sanggup meniru keahlian ibunya. “Butuh tangan orang sepuh yang sudah pengalaman biar hasil nasi jagungnya enak.”
Harapan pada Pemerintah dan Ketahanan Pangan
Sri hanya membantu memasarkan nasi jagung buatan ibunya, salah satunya melalui kelompok UMKM yang dibentuk oleh Pemerintah Desa Jati. Dari kelompok ini, Sri belajar mengemas nasi jagung kering dalam kemasan plastik yang dijual seharga Rp28 ribu per kilogram.
Melalui kelompok UMKM Desa Jati, Sri sering mendapat pesanan nasi jagung dari dinas pemerintah atau kepolisian. “Kebanyakan buat oleh-oleh kalau ada tamu dari dinas. Nasi jagung saja tanpa lauk.”
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota