SuaraJawaTengah.id - Babak baru skandal gratifikasi di lingkungan Pemerintah Kota Semarang terungkap tuntas di pengadilan. Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi (Gapensi) Kota Semarang, Martono, resmi dijatuhi hukuman 4,5 tahun penjara.
Vonis ini tak hanya menghukum Martono, tetapi juga membongkar peran sentral Alwin Basri, suami dari mantan Wali Kota Semarang Hevearita G. Rahayu atau Mbak Ita, sebagai fasilitator utama dalam praktik lancung ini.
Dalam sidang putusan di Pengadilan Tipikor Semarang, Senin, majelis hakim yang dipimpin oleh Gatot Sarwadi secara gamblang membeberkan modus operandi korupsi yang terstruktur ini.
Martono terbukti bersalah memberikan gratifikasi kepada Mbak Ita dan suaminya untuk memuluskan jalan bagi anggota Gapensi mendapatkan jatah proyek penunjukan langsung (PL) di 16 kecamatan pada tahun 2023.
Hakim Ketua Gatot Sarwadi membacakan vonis yang lebih ringan dari tuntutan jaksa penuntut umum yang sebelumnya meminta hukuman 5 tahun dan 2 bulan penjara.
Selain kurungan badan, Martono juga diwajibkan membayar denda sebesar Rp300 juta.
"Menyatakan terdakwa terbukti bersalah melanggar Pasal 12B Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001," kata Hakim Ketua Gatot Sarwadi saat membacakan amar putusan dikutip dari ANTARA pada Senin (11/8/2025).
Fakta persidangan yang paling menarik perhatian adalah terungkapnya Alwin Basri sebagai "pintu masuk".
Martono mengakui mendekati suami Mbak Ita itu dengan tujuan spesifik: meminta bantuan agar Gapensi diberi prioritas dalam pengerjaan proyek-proyek di lingkungan Pemkot Semarang.
Baca Juga: Suami Mbak Ita Ancam 'Sikat' Pejabat, Kesaksian Bapenda Gegerkan Sidang Korupsi Semarang!
Permintaan itu bersambut. Setelah lobi berhasil, Martono kemudian mengoordinasikan pengumpulan fee sebesar 13 persen dari nilai setiap proyek yang didapat oleh para kontraktor di bawah naungannya.
Dari para koordinator lapangan proyek PL di 16 kecamatan, terkumpul dana haram senilai total Rp2,245 miliar.
Uang panas itu kemudian dibagi. Sejumlah Rp2 miliar diserahkan kepada Mbak Ita dan Alwin Basri melalui dua tahap pengiriman, sementara sisanya sebesar Rp245 juta dinikmati sendiri oleh Martono.
Meskipun terdakwa telah berupaya mengembalikan uang senilai Rp2,5 miliar ke kas daerah—sesuai temuan audit BPK—hakim menegaskan bahwa pengembalian tersebut tidak menghapus pidananya.
Martono tetap diwajibkan mengembalikan uang Rp245 juta yang ia peroleh secara pribadi dari hasil pemotongan fee tersebut sebagai pidana tambahan.
Majelis hakim menilai perbuatan Martono secara nyata telah mencederai semangat pemberantasan korupsi yang digaungkan pemerintah.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
Terkini
-
BRI Blora Gelar Khitan Massal, Meriahkan HUT ke-130 dengan Bakti Sosial
-
Mobilio vs Ertiga Bekas di Bawah Rp150 Juta: 7 Pertimbangan Penting Sebelum Membeli
-
BRI BO Slawi Gelar Cek Kesehatan dan Donor Darah Gratis, Wujud Peduli Masyarakat
-
7 Tempat Wisata Rembang Viral dan Hits Ini Siap Jadi Favorit Libur Akhir Tahun 2025
-
Kampung Natal Saloka 2025: Perayaan Nataru Penuh Kearifan Lokal dan Rekor Dunia!