- Semarang menyimpan banyak kuliner legendaris untuk sarapan yang menawarkan cita rasa otentik.
- Dari Soto Bangkong, Nasi Ayam Bu Wido, hingga Lumpia Gang Lombok, semuanya punya sejarah panjang.
- Tempat-tempat ini tak hanya menyajikan makanan enak, tapi juga pengalaman budaya dan nostalgia.
SuaraJawaTengah.id - Lupakan sejenak sarapan modern di kafe-kafe kekinian. Di Semarang, pagi hari adalah waktu terbaik untuk berburu 'harta karun' kuliner yang telah melegenda, menawarkan cita rasa otentik yang tak lekang oleh waktu.
Ibu kota Jawa Tengah ini menyimpan deretan tempat sarapan ikonik yang bukan hanya mengenyangkan, tetapi juga menyajikan sepenggal sejarah dalam setiap suapannya.
Dari gang-gang bersejarah di kawasan pecinan hingga warung tenda sederhana yang selalu ramai, inilah ekspedisi rasa menelusuri enam destinasi sarapan legendaris di Semarang yang wajib masuk dalam daftar perjalanan kuliner Anda.
Setiap tempat memiliki kisahnya sendiri, resep yang dipertahankan secara turun-temurun, dan tentu saja, kelezatan yang membuatnya tetap relevan di tengah gempuran tren kuliner baru.
Perjalanan ini bukan sekadar mengisi perut, melainkan sebuah pengalaman untuk memahami denyut nadi budaya dan tradisi Semarang melalui hidangan-hidangan yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kota ini.
1. Soto Bangkong: Kesegaran Kuah Bening Sejak 1950
Memulai hari dengan semangkuk soto hangat adalah ritual bagi banyak orang. Di Semarang, Soto Bangkong adalah jawabannya.
Berdiri sejak tahun 1950, soto ini menyajikan kuah bening yang segar dengan sedikit sentuhan kecap manis yang khas, memberikan rasa gurih yang pas. Isiannya sederhana namun lengkap: suwiran ayam, bihun, tauge, dan irisan tomat, ditaburi bawang goreng yang renyah.
Dinamakan "Bangkong" bukan karena menggunakan daging katak, melainkan karena lokasinya yang berada di dekat perempatan Bangkong.
Baca Juga: PSIS Semarang Bidik Prestasi, Musim Baru Jadi Ajang Pembuktian Laskar Mahesa Jenar
Jangan lupa tambahkan aneka sate pendamping seperti sate kerang, telur puyuh, atau perkedel untuk pengalaman menyantap yang lebih paripurna.
2. Nasi Ayam Bu Wido: Gurihnya Sepincuk Kenangan Sejak 1960-an
Sekilas, Nasi Ayam Bu Wido mungkin mengingatkan pada nasi liwet khas Solo, namun kuliner ini memiliki karakter rasanya sendiri.
Disajikan di atas pincuk daun pisang, seporsi nasi ayam terdiri dari nasi gurih yang disiram kuah opor kental, suwiran ayam, sayur labu siam, krecek pedas, dan telur bacem.
Warung yang konon telah berjualan sejak tahun 1960-an ini menjadi bukti bahwa kesederhanaan rasa bisa menciptakan candu.
Berlokasi di Jalan Melati Selatan, tempat ini hampir tak pernah sepi, menjadi destinasi wajib bagi mereka yang rindu akan masakan rumahan yang otentik dan menghangatkan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
Terkini
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako bagi Masyarakat dalam Program BRI Menanam Grow & Green
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar