-
- Pemilu 1955 diwarnai kampanye frontal, serangan personal, dan hoaks identitas yang menenggelamkan isu programatik.
- Polarisasi politik makin tajam akibat media, fitnah agama, hingga debat ideologis yang digiring elite partai.
- Benih konflik 1955 meledak pada 1965; jadi pelajaran bahwa hoaks dan politik identitas rawan merusak demokrasi.
Benar atau tidaknya sukar diverifikasi, tetapi efek emosionalnya nyata. Isu ini menunjukkan betapa mudahnya simbol agama dieksploitasi dalam persaingan politik, serta betapa cepatnya rumor dapat membakar sentimen massa.
5. PNI menolak gagasan negara Islam, Sukarno ikut memanas-manasi
PNI menuding Masyumi bercita-cita mendirikan negara Islam. Suluh Indonesia memuat penolakan, sebagian dengan argumen ilmiah, sebagian lain spekulatif seperti menonjolkan isu poligami atau potong tangan tanpa konteks yang memadai.
Presiden Sukarno turut memperkeruh dengan mengingatkan potensi disintegrasi bila Indonesia menjadi negara Islam. Debat ideologis ini menenggelamkan perbincangan program ekonomi dan kesejahteraan yang seharusnya menjadi pangkal pemilu.
6. NU relatif moderat, menawarkan narasi meredam konflik
Berbeda dengan gaya agresif partai lain, NU lebih menekankan pencegahan kekerasan. Mereka mendorong publik memilih opsi yang dianggap lebih menenteramkan. Strategi ini menonjolkan posisi moderat dan persuasif, meski tetap berada dalam pusaran kompetisi yang panas.
Black campaign 1955 dengan fitnah, serangan personal, dan isu identitas meninggalkan polarisasi tajam di masyarakat. Benih konflik itu terus membesar hingga meledak pada 1965. Tragedi G30S/PKI menjadi titik balik: negara bertindak keras, PKI dibubarkan, dan struktur politik Indonesia berubah total.
Pelajaran penting bagi demokrasi kini: hoaks dan politik identitas bisa berujung pada perpecahan besar. Tanpa etika komunikasi, ruang publik mudah terbakar. Demokrasi hanya bisa bertahan jika elite menahan diri dari retorika ekstrem dan masyarakat lebih kritis terhadap informasi.
Baca Juga: Pembantaian Purwodadi: Mengungkap Salah Satu Babak Tergelap Sejarah Indonesia Pasca-G30S PKI
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
SIG Dukung Batam Jadi Percontohan Pengembangan Fondasi Mobilitas & Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
-
Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah Kirim 29 AMT untuk Pemulihan Suplai di Sumatera
-
4 Link Saldo DANA Kaget Jumat Berkah: Raih Kesempatan Rp129 Ribu!
-
Skandal PSSI Jateng Memanas: Johar Lin Eng Diduga Jadi 'Sutradara' Safari Politik Khairul Anwar
-
8 Tempat Camping di Magelang untuk Wisata Akhir Pekan Syahdu Anti Bising Kota