Budi Arista Romadhoni
Jum'at, 24 Oktober 2025 | 07:44 WIB
Ilustrasi organisasi Jong Java. [ChatGPT ]
Baca 10 detik
  • Tri Koro Dharmo, cikal bakal Jong Java, lahir 1915 menanamkan nilai Sakti, Budi, dan Bakti bagi pemuda.
  • Jong Java memperluas semangat persatuan lewat pendidikan dan kebudayaan tanpa terjun ke politik.
  • Warisan Jong Java hidup hingga kini, menegaskan peran pemuda sebagai penggerak persatuan bangsa.
 

Tiga nilai ini tidak hanya menjadi semboyan, tetapi juga pedoman hidup para anggotanya. Di tengah penjajahan dan ketimpangan sosial kala itu, Tri Koro Dharmo menanamkan semangat perjuangan melalui pendidikan dan pengembangan karakter. Nilai-nilai inilah yang menjadi fondasi semangat persatuan di kalangan pemuda Indonesia.

3. Berganti Nama Menjadi Jong Java untuk Merangkul Lebih Banyak Pemuda

Dalam Kongres pertama yang digelar pada 12 Juni 1918 di Surakarta, Tri Koro Dharmo memutuskan untuk berganti nama menjadi Jong Java.

Tujuan perubahan ini adalah agar organisasi tidak hanya diikuti oleh pemuda Jawa, tetapi juga merangkul pemuda dari Sunda, Madura, dan Bali.

Nama baru ini mencerminkan semangat inklusif dan nasionalis yang mulai tumbuh di kalangan generasi muda.

Jong Java menjadi wadah pemersatu berbagai daerah di Pulau Jawa, menghapus sekat kesukuan, dan memperkuat kesadaran akan pentingnya persatuan bangsa. Semangat inilah yang kemudian menjadi benih bagi lahirnya Sumpah Pemuda satu dekade kemudian.

4. Kongres-Kongres yang Menumbuhkan Kesadaran Nasional

Setelah berganti nama, Jong Java aktif mengadakan kongres setiap tahun di berbagai kota besar.

a. Kongres kedua (1919) di Yogyakarta membahas milisi nasional, bahasa Jawa yang lebih demokratis, perguruan tinggi, peran wanita Sunda, serta sejarah Tanah Sunda.

Baca Juga: 4 Link DANA Kaget, Raih Saldo Gratis Hingga Rp230 Ribu Hari Ini

b. Kongres ketiga (1920) di Solo dan kongres keempat (1921) di Bandung menegaskan cita-cita “Jawa Raya”, yaitu memperkuat kerja sama antar daerah dan memupuk semangat persatuan bangsa.

c. Kongres kelima (1922) di Solo menegaskan bahwa Jong Java tidak akan terjun ke politik. Para anggotanya dilarang bergabung dengan partai politik agar organisasi tetap fokus pada kegiatan sosial, pendidikan, dan kebudayaan.

Dari rangkaian kongres tersebut, Jong Java berperan besar dalam memperluas kesadaran nasional di kalangan pemuda. Mereka menanamkan nilai bahwa perjuangan bangsa tidak selalu harus bersenjata, melainkan bisa dimulai dari pendidikan dan penguatan budaya.

5. Fokus pada Pendidikan, Kebudayaan, dan Persatuan Bangsa

Jong Java tidak menempuh jalur politik, tetapi perjuangannya nyata melalui kegiatan sosial dan kebudayaan. Mereka aktif memberantas buta huruf, mengadakan kegiatan seni dan sastra, serta membangun kesadaran pendidikan di kalangan pemuda.

Banyak anggotanya kelak menjadi tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Semangat Jong Java menginspirasi berdirinya organisasi pemuda lain seperti Jong Sumatra Bond, Jong Ambon, dan Jong Celebes. Semua organisasi ini akhirnya bersatu dalam Kongres Pemuda 1928, yang melahirkan ikrar monumental Sumpah Pemuda.

Load More