Budi Arista Romadhoni
Kamis, 30 Oktober 2025 | 07:31 WIB
Ilustrasi Perayaan Halloween Identik dengan Hantu (freepik)
Baca 10 detik
  • Buya Yahya menegaskan Halloween bukan tradisi Islam dan umat sebaiknya tidak ikut merayakannya.
  • Ia mengajak umat menasihati dengan lembut, fokus memperbaiki diri, dan menjaga keimanan yang benar.
  • Orang tua wajib tanamkan cinta Islam agar anak tak mudah ikut budaya luar seperti Halloween.

SuaraJawaTengah.id - Perayaan Halloween semakin ramai dibicarakan di berbagai negara, termasuk di dunia Islam. Beberapa waktu lalu, muncul perayaan Halloween di Riyadh, Arab Saudi, yang menimbulkan pro dan kontra.

Sebagian orang menganggap hal itu sebagai tanda-tanda akhir zaman, sementara sebagian lainnya menilai bahwa Islam tidak semestinya diukur dari kebiasaan negara tertentu.

Dalam kajian yang terekam dalam transkrip “Jangan Salah, Begini Pandangan Islam Terhadap Perayaan Halloween”, Buya Yahya memberikan penjelasan mendalam tentang bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap terhadap tradisi non-Islam tersebut.

Berikut tujuh pesan penting dari Buya Yahya tentang Halloween dan pelajaran bagi umat Islam masa kini sebagaimana dikutip dari YouTube Al Zayanna Channel. 

1. Halloween Bukan Tradisi Umat Islam

Buya Yahya menegaskan bahwa Halloween bukan bagian dari tradisi Islam, melainkan budaya luar yang tidak sejalan dengan syariat. Karena itu, umat Islam tidak sepatutnya ikut-ikutan merayakannya.

Menurut beliau, seorang Muslim harus memiliki identitas dan batas yang jelas dalam hal budaya dan perayaan. Mengikuti tradisi non-Islam tanpa memahami maknanya dapat mengikis nilai keimanan dan membiasakan diri terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat secara spiritual.

2. Jika Ada Muslim yang Ikut Merayakan, Doakan dan Nasihati dengan Lembut

Buya Yahya tidak serta-merta menghujat mereka yang ikut dalam perayaan Halloween. Beliau menekankan pentingnya berdoa dan mendoakan agar mereka diberi hidayah, bukan mencela atau menghakimi.

Baca Juga: Pesan Buya Yahya untuk Ulama yang Mendeklarasikan Pilihan Capres: Jangan Mencaci Maki dan Merendahkan

“Kalau itu Muslim, saudara kita, ya semoga Allah memberi hidayah dan mengampuni. Tahun depan semoga tidak ikut-ikutan lagi,” tutur beliau.
Pesan ini menunjukkan bahwa Islam selalu mengajarkan kasih sayang, bahkan kepada saudara seiman yang melakukan kesalahan.

Tangkapan layar pendakwah Buya Yahya [YouTube Al Bahjah TV]

3. Jangan Menyamaratakan Kesalahan Pemerintah dengan Rakyatnya

Buya Yahya juga mengingatkan agar umat Islam tidak menggeneralisasi kesalahan kebijakan pemerintah kepada seluruh rakyat atau ulama di negara tersebut.

Misalnya, jika suatu pemerintahan melegalkan perayaan yang bertentangan dengan syariat, bukan berarti semua ulama atau masyarakat di dalamnya setuju.

“Kesalahan seorang presiden atau kerajaan jangan dilimpahkan kepada yang lainnya,” kata beliau.

Pandangan ini menunjukkan sikap adil dan objektif dalam menilai suatu peristiwa.

4. Fokus pada Diri Sendiri dan Persiapan Menghadapi Kematian

Daripada sibuk membahas tanda-tanda kiamat, Buya Yahya menasihati agar umat Islam lebih fokus mempersiapkan diri untuk kematian.

Beliau mengingatkan bahwa kematian adalah “kiamat kecil” bagi setiap manusia.

“Tidak usah menunggu kiamat. Siapkan diri untuk mati sewaktu-waktu,” ujarnya.

Pesan ini mengajak umat Islam untuk memperbanyak amal saleh, memperbaiki diri, dan tidak terjebak pada spekulasi tentang akhir zaman yang belum tentu dialami secara langsung.

5. Jangan Sibuk Mencari Imam Mahdi, Tapi Jaga Iman

Buya Yahya menegaskan bahwa umat Islam tidak perlu sibuk mencari atau memburu keberadaan Imam Mahdi. Yang terpenting adalah menjaga keimanan dan istiqamah di jalan yang benar.

Beliau mengatakan, “Kalau kita benar iman kita, nanti kalau betul ketemu Imam Mahdi, kita akan jadi pasukannya.”

Pernyataan ini mengandung makna mendalam bahwa kesiapan batin jauh lebih penting daripada pencarian fisik. Iman dan amal saleh adalah bekal utama menghadapi segala perubahan zaman.

6. Beragama Bukan Ikut Negara, Tapi Ikut Allah dan Rasul

Salah satu pesan terpenting Buya Yahya adalah bahwa beragama bukan berarti mengikuti negara, suku, atau budaya tertentu, melainkan mengikuti syariat Allah dan Rasul-Nya.

“Beragama kita bukan ikut Mesir, ikut Indonesia, ikut Saudi. Tidak ada itu. Kita ikut akidah yang benar,” tegas beliau.
Dengan kata lain, seorang Muslim harus berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah, bukan pada kebijakan politik atau budaya populer.

Beliau juga mencontohkan: jika di suatu kampung seorang kiai wafat dan setelah itu rumahnya digunakan untuk hal yang bertentangan dengan syariat, maka umat tidak boleh mengikutinya. Patokan utama tetaplah syariat, bukan figur atau tempat.

7. Tanggung Jawab Orang Tua Menanamkan Cinta Islam pada Anak

Buya Yahya menutup pesannya dengan peringatan keras kepada para orang tua. Banyaknya anak-anak Muslim yang mengikuti budaya luar seperti Halloween bukan semata karena pengaruh media, melainkan karena kelalaian orang tua yang tidak mengenalkan kebanggaan terhadap Islam sejak dini.

“Yang salah siapa? Yang salah bapaknya,” ujar Buya Yahya.

Beliau menegaskan, anak-anak akan mudah meniru budaya luar jika mereka tidak memiliki kebanggaan terhadap agamanya sendiri.

Karena itu, tugas orang tua adalah menanamkan cinta kepada Nabi Muhammad SAW dan kebanggaan terhadap simbol-simbol Islam, bukan pada budaya yang dimurkai Allah.

Anak-anak perlu diajak memahami bahwa menjadi Muslim adalah kehormatan, bukan sekadar identitas. Dengan cara itu, mereka tidak mudah terbawa arus budaya global yang seringkali bertentangan dengan nilai-nilai tauhid.

Melalui penjelasannya, Buya Yahya mengingatkan umat agar selalu berpikir jernih dan berpegang pada prinsip ketika menghadapi budaya luar. Halloween hanyalah contoh kecil dari fenomena yang lebih besar: krisis identitas dan lemahnya rasa bangga terhadap ajaran Islam.

Umat Islam diajak untuk membentengi diri dengan ilmu, iman, dan kasih sayang, bukan dengan kemarahan atau saling menyalahkan.

Perayaan yang tidak berasal dari Islam sebaiknya dihindari, bukan karena kebencian terhadap pihak lain, tetapi sebagai bentuk ketaatan dan penghormatan terhadap syariat yang membawa keselamatan dunia dan akhirat.

Buya Yahya menutup nasihatnya dengan doa agar Allah menjaga umat dari segala bentuk “ikut-ikutan” yang tidak bermanfaat, serta mengokohkan hati kaum Muslimin agar tetap bangga pada ajaran Rasulullah SAW.

Load More