- Paku Buwono XIV segera menetapkan struktur bebadan lengkap keraton sebagai langkah awal melegitimasi kekuasaan barunya.
- Raja baru melakukan konsolidasi internal intensif dan menempatkan figur kepercayaan pada jabatan strategis penting.
- Pengumuman resmi struktur kepada publik dilakukan untuk menunjukkan transparansi arah kepemimpinan keraton terkini.
SuaraJawaTengah.id - Pengangkatan KGPAA Hangabei Purboyo sebagai Paku Buwono XIV menjadi salah satu momentum politik-budaya paling signifikan dalam sejarah terbaru Keraton Kasunanan Surakarta.
Hanya dalam empat hari setelah penetapan diri sebagai raja baru, ia merilis keputusan-keputusan strategis yang langsung mengubah peta kekuasaan internal.
Banyak pihak melihat manuver cepat ini sebagai upaya konsolidasi, stabilisasi, sekaligus modernisasi tata kelola keraton yang selama ini berada dalam dinamika panjang.
Sebagaimana dikutip dari YouTube dan sumber lainnya berikut adalah enam langkah politik paling menentukan yang dilakukan Paku Buwono XIV dalam menata ulang Keraton Solo.
1. Penetapan Struktur Bebadan Keraton sebagai Langkah Legitimasi Awal
Keputusan paling mendasar sekaligus paling strategis adalah penetapan daftar lengkap bebadan Keraton Kasunanan Surakarta. Struktur bebadan ini mencakup posisi pejabat adat, abdi dalem setingkat pengageng, hingga penanggung jawab bidang administrasi dan protokoler.
Langkah ini tidak sekadar seremoni administratif. Dalam tradisi keraton, susunan bebadan adalah representasi resmi kekuasaan raja.
Dengan menandatangani susunan struktur hanya beberapa hari setelah naik tahta, Paku Buwono XIV mengirim pesan tegas bahwa keraton kini berada di bawah arah komando yang jelas, tertib, dan tidak gamang.
Penetapan ini sekaligus mengakhiri masa kekosongan posisi kunci yang sebelumnya memunculkan tarik ulur kewenangan di internal keraton.
Baca Juga: Menelisik Silsilah PB XIII dan Perebutan Takhta Keraton Solo: Siapa Paling Layak?
2. Konsolidasi Politik dengan Abdi Dalem dan Tokoh Senior
Sebagai raja baru, Paku Buwono XIV membutuhkan penerimaan dari internal, terutama para penanggung jawab budaya yang selama ini menjaga kesinambungan keraton.
Konsolidasi dilakukan melalui pertemuan-pertemuan intensif dengan para pengageng, sentana dalem, hingga tokoh penasehat tradisi.
Konsolidasi ini tidak hanya bertujuan membangun kesetiaan, tetapi juga menegaskan kembali tata hubungan antara raja dan para pejabat adat. Dengan merangkul kelompok senior, Paku Buwono XIV mengamankan dukungan politik inti sehingga manuver berikutnya dapat berjalan tanpa resistensi signifikan.
Dalam sejarah keraton Jawa, konsolidasi semacam ini adalah ritual politik yang menentukan. Raja kuat selalu ditopang oleh barisan abdi dalem yang solid.
3. Penempatan Figur Kepercayaan di Jabatan Strategis
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Sepatu Lokal Senyaman Skechers, Tanpa Tali untuk Jalan Kaki Lansia
- 9 Sepatu Puma yang Diskon di Sports Station, Harga Mulai Rp300 Ribuan
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- 5 Mobil Bekas yang Lebih Murah dari Innova dan Fitur Lebih Mewah
Pilihan
-
In This Economy: Banyolan Gen Z Hadapi Anomali Biaya Hidup di Sepanjang 2025
-
Ramalan Menkeu Purbaya soal IHSG Tembus 9.000 di Akhir Tahun Gagal Total
-
Tor Monitor! Ini Daftar Saham IPO Paling Gacor di 2025
-
Daftar Saham IPO Paling Boncos di 2025
-
4 HP Snapdragon Paling Murah Terbaru 2025 Mulai Harga 2 Jutaan, Cocok untuk Daily Driver
Terkini
-
Transformasi Berkelanjutan, BRI Catat Kinerja Gemilang dan Dukung Program Prioritas Nasional 2025
-
Revolusi Anti-Rob: Jateng Gunakan Pompa Tenaga Surya, Hemat Biaya Operasional hingga Jutaan Rupiah
-
Waspada! Malam Tahun Baru di Jateng Selatan Diwarnai Hujan dan Gelombang Tinggi
-
BRI Blora Gelar Khitan Massal, Meriahkan HUT ke-130 dengan Bakti Sosial
-
Mobilio vs Ertiga Bekas di Bawah Rp150 Juta: 7 Pertimbangan Penting Sebelum Membeli