Kasbani juga menjelaskan erupsi yang berpotensi terjadi di Gunung Slamet adalah erupsi magmatik. Erupsi magmatik tercatat terakhir kali terjadi yakni lima tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2014.
Kemudian ada pula potensi erupsi freatik terjadi dengan ditandai uap air sedangkan erupsi magmatik ditandai dengan ke luarnya magma. Erupsi magmatik, kata dia, dapat diinisiasi atau diawali dengan erupsi freatik.
"Untuk peletusan Gunung Slamet ini umumnya magmatik bisa juga dia diawali dengan freatik, tapi pada umumnya adalah magmatik dan gunung ini erupsi terakhir pada lima tahun yang lalu itu," kata dia.
Sebelumnya, beberapa pendaki sudah mulai mendaftarkan diri untuk bisa melakukan pendakian di gunung tersebut, setelah ditutup untuk pendakian selama beberapa waktu akibat kejadian kebakaran hutan. Pengelola jalur pendakian Bambangan Desa Kutabawa mendata ada 500 lebih pendaki yang sudah mendaftarkan diri akan naik gunung tersebut pada Agustus 2019. (Antara)
Baca Juga:Puluhan Pendaki Bakal Kibarkan Bendera Merah Putih di Puncak Gunung Slamet