"Saya akan buat perbup jika ada investor yang sepanjang dapat menyerap 500 tenaga kerja maka perijinan gratis. Kemudian kita jemput bola. Perijinan kita semua yang urus," lanjutnya.
Perwakilan Manager PT Sansan Saudaratek Jaya, Hasanudin mengatakan, saat ini baru ada 160 orang yang dipekerjakan. Seluruhnya merupakan tenaga kerja lokal yang terlebih dahulu diberi pelatihan selama dua minggu.
"Sebenarnya yang masuk sudah banyak, cuma sebagian mungkin belum terbiasa bekerja seperti ini jadi ada yang keluar. Tapi kita terus rekrut tiap bulan 100, untuk terlebih dahulu mengikuti pelatihan karena semua itu dari nol. Rata-rata tamatan SMK," katanya.
Untuk kapasitas produksi di pabrik tersebut, menurutnya selama satu jam baru mencapai 75 potong produk celana untuk satu line. Artinya dalam sehari bisa memproduksi kurang lebih 1.000 potong.
Baca Juga:Bos BKPM Kesulitan Cari Produk Garmen Indonesia di Pasar Tanah Abang
"Di sini kita ada 2,5 line. Jika dibandingkan pabrik kita yang lain, harusnya dalam satu jam dengan model seperti ini kita bisa produksi 150 potong. Di sini baru bisa produksi separuhnya. Karena belum terbiasa saja. Semuar berangkat dari nol," katanya.
Menurutnya, alasan utama membuka pabrik di Jawa Tengah yaitu karena UMK di Jawa Barat yang sudah terlampau tinggi.
"Dengan UMK yang sekarang di Jawa Barat, dijamin bakal pindah semua ke sini. Tapi kemudian tidak ada itu namanya perizinan dimudahkan, Pak Bupati hanya membantu, persyaratan tetap harus sesuai prosedur," lanjutnya.
Selanjutnya, Hasanudin mengemukakan, pabrik tersebut akan kembali merekrut tenaga kerja lokal. Karena target produksi akan semakin meningkat.
"Bulan April akan kita fungsikan 12 line. Kemungkinan akan ada lagi 600-an tenaga kerja. Jika ruangan ini semuanya full bisa 26 line. Itu mungkin bisa mempekerjakan 1.140 tenaga tukang jahit, ditambah bagian supporting sebanyak 30 persen kemungkinan bisa menyerap tenaga kerja hingga 1.500 orang," lanjutnya.
Baca Juga:Upah Buruh Garmen di Jabar Terus Naik, Bikin Pengusaha Korsel Galau
Salah satu tenaga kerja asal Desa Petir Yuliana mengakui baru tiga bulan bekerja di sini. Sebelumnya ia hanya seorang ibu rumah tangga.