SuaraJawaTengah.id - Air mata Surani (45) tak terbendung lagi kala menceritakan kisah kelam penyekapan oleh majikan yang dialaminya saat menjadi TKW di Arab Saudi.
Wanita asal Dukuh Ngembat, Desa Mojorejo, Sragen, Jawa Tengah itu sebelumnya bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jeddah, Arab Saudi.
Selama dua bulan Surani disekap di kamar oleh majikan. Selama itu pula dia tidak diberi makan.
"Dua bulan saya disekap di kamar. Dikunci dari luar, tidak dikasih makan sama majikan," kata Surani dilansir dari Solopos—jaringan Suara.com—Kamis (16/7/2020).
Baca Juga:Fotonya Viral, Seorang Tukang Kayu asal Pakistan jadi Model di Arab Saudi
"Saat saya minta garam untuk mengganjal perut saja tidak dikasih," sambungnya.
Surani yang baru tiba di kampung halaman di Karangmalang, pada Rabu (15/7/2020), sebenarnya sudah menjadi TKW di Arab Saudi sejak 1999.
Tiga tahun berselang, ia sempat pulang kampung. Di tahun yang sama ia kembali lagi bekerja menjadi TKW di Arab Saudi.
Awal Malapetaka
Pada awalnya, segalanya berjalan baik-baik saja. Saat itu, Surani bekerja dengan majikan yang baik dan mendapat bayaran 1.000 riyal atau setara Rp 3,9 juta/bulan.
Baca Juga:BP2MI Desak KBRI di Saudi Kawal Kasus TKI yang Kritis Disetrika Majikannya
Penghasilan sebagai TKW membuat Surani bisa menabung dan mengirim uang kepada keluarga di kampung halaman.
Namun, segalanya berubah ketika majikannya itu meninggal dunia. Ia kemudian memiliki majikan baru yang tak lain anak dari majikan lamanya.
Perangai majikan baru bernama Nafisa, 58, jauh berbeda dengan almarhumah ibunya.
"Saya memang tidak pernah mendapat kekerasan fisik. Tapi, saya pernah dilempar barang yang hampir mengenai saya," tuturnya.
"Saya juga pernah diancam ditusuk pakai pisau. Pernah sekali ditoyor waktu menjatuhkan sedikit beras, tapi tidak apa-apa."
"Yang paling menyakitkan itu dikurung dalam kamar selama dua bulan tanpa diberi makan. Katanya biar saya mati kelaparan," ungkap Surani.
Curhat
Tindakan tidak mengenakkan bermula ketika Surani tepergok mencurahkan isi hati (curhat) kepada anak majikannya.
Saat itu, ia merasa butuh tempat untuk menyampaikan uneg-uneg yang selama ini terpendam.
Selain kerap mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari majikan, gaji Surani selama beberapa bulan juga belum dibayar.
Namun, tindakan itu harus dibayar mahal olehnya. Majikannya itu tidak terima Surani mengadu kepada anaknya.
Alhasil, sang majikan melampiaskan kekesalan dengan menyekap Surani dalam kamar berukuran 5×4 meter persegi.
"Saya disekap sejak satu pekan sebelum puasa hingga berlangsung selama dua bulan. Saya tidak boleh keluar kamar. Tidak dikasih makan," tutur Surani.
"Dalam dua hari pernah dikasih makan satu roti. Biasanya separuh roti itu saya makan sehari, separuhnya dimakan hari berikutnya. Kadang saya sampai dua hari enggak makan sama sekali," ungkapnya.
Dia bahkan sampai harus menampung air seninya di botol bekas lantaran disekap di dalam kamar.
Saat sang majikan lupa mengunci pintu, dia pun mengendap-endap keluar kamar untuk buang hajat.
"Saya harus memakai botol bekas untuk menampung air seni. Saat majikan lupa mengunci kamar, biasanya saya nyelonong ke kamar mandi untuk buang air besar. Mungkin karena jarang makan, saya hanya sekali buang air besar dalam beberapa hari," ujar Surani.
Telepon KJRI
Beruntung, ponsel milik TKW asal Karangmalang Sragen itu tidak disita majikan.
Lewat ponsel itu, dia meminta bantuan kepada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Arab Saudi.
Namun, pada saat itu, pihak KJRI tidak langsung merespons.
Ia malah diminta segera meminta maaf kepada majikan supaya tidak dikurung dalam kamar.
"Karena menghubungi KJRI hanya diminta bersabar, saya menghubungi Garda Buruh Migran Indinesia (BMI). Saya lalu diminta membuat video dokumentasi di mana saya disekap di kamar oleh majikan."
"Video itu akhirnya sampai ke KJRI. KJRI lalu menghubungi kepolisian. Karena polisi turun tangan, majikan saya akhirnya ketakutan. Saya lalu dijemput KJRI untuk diantar pulang ke kampung halaman," papar Surani.
Sejak mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari majikan itu, Surani merasa kapok.
Ia tidak ingin kembali ke Arab Saudi sebagai TKW meski ada beberapa tawaran dari orang yang sudah dikenalnya.
"Sampai di rumah sudah beberapa yang telepon meminta saya balik lagi. Tapi saya tidak mau. Saya mau di rumah saja. Entah nanti bekerja seperti apa," ucapnya.
Meski diperlakukan tidak manusiawi, Surani tidak melaporkan penyekapan yang dialaminya kepada polisi.
Baginya, yang penting dia bisa pulang ke kampung halaman dengan selamat.
Serta membawa lima bulan gaji yang sebelumnya tidak dibayarkan oleh majikan.
"Perhiasan dan baju yang pernah diminta majikan akhirnya juga dikembalikan. Majikan takut berurusan dengan polisi, sehingga turut mengantar kepulangan Surani."
"Tiba-tiba dia menjadi baik saat polisi turun tangan. Alhamdulillah sekarang adik saya sudah di rumah," ujar kakak Surani, Wardiyanto.