Ketika Kepala BPS Toga Hamongan berpamitan, Sarikem sesegera mungkin menyahut tangannya dan dipegang serat seraya berkonsentrasi mendengarkan ucapan keras yang dilontarkan Toga.
Sarikem berusaha untuk bercerita banyak dengan Toga karena Sarikem memang gemar bercerita kepada siapa pun, terutama mengisahkan anak pertamanya yang bernama Kamit dan sudah meninggal belasan tahun silam saat anaknya itu berumur 63 tahun.
Anak Sarikem, Pawiro, membenarkan ibunya yang merupakan wanita tertua di Sragen sudah berusia 110 tahun alias 1,1 abad.
"Dari keterangan di KTP umur simbah itu 110 tahun. Padahal lebih. Dari delapan anaknya, yang masih hidup tinggal lima orang. Istri saya Kamsinah itu anak keempat. Saya menikah dengan Kamsinah itu tahun 1963, saat itu saya berumur 20 tahun dan istri saya berumur 19 tahun. Cucunya lebih dari 30 orang, buyutnya 20 orang ada, dan canggahnya sekitar 10 orang," ujar Sasmo Pawiro yang diamini Kamsinah.
Baca Juga:Ada Sumber Mata Air Asin di Sangiran, Apakah Bekas Lautan?
Keriput kulit tangan dan wajahnya menunjukkan betapa banyak pengalaman hidup yang sudah dilakoninya. Sarikem memiliki delapan anak dari dua suaminya, yakni Sarbini dan Narto Dikromo, yang sudah meninggal.
Dengan suami pertama, Sarbini, memiliki empat orang anak. Sarikem sekarang tinggal di rumah anaknya yang keempat dari suami pertamanya. Sementara dengan suami Narto Dikromo memiliki empat orang anak juga.
Saat muda, Sarikem ulet, tekun, dan pekerja keras sebagai pedagang keliling. Ia biasa berdagang bumbu dapur, tempe, minyak, dan lain-lain. Kulakan dari Pasar Bunder Sragen dijual lagi ke Pasar Jatitengah, Pasar Pojok Sukodono, dan Pasar Ngijo Pengkol, Tanon, serta ke Pasar Gabugan, Tanon.